BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Australia adalah satu-satunya benua di dunia yang hanya terdiri dari satu
buah negara, yang juga disebut dengan Australia. Meski demikian, Australia
memiliki 6 negara bagian serta 2 wilayah daratan (territori) yang mulai
dikonstitusikan pada tanggal 1 Januari 1901. Keenam negara bagian tersebut
antara lain adalah New South Wales (Ibukota: Sydney), Victoria (Ibukota:
Melbourne), Queensland (Ibukota: Brisbane), Australia Selatan (Ibukota:
Adelaide), Australia Barat (Ibukota: Perth), dan Tasmania (Ibukota: Hobart).
Sedangkan kedua territornya adalah Northern Territory dan Australian Capital
Territory. Ibukota negara Australia sendiri adalah Canberra.
Negara bagian dikepalai oleh seorang gubernur, sedangkan
teritori dikepalai oleh seorang administrator. Pemerintah pusat memiliki
wewenang yang lebih banyak pada sebuah teritori bila dibandingkan dengan pada
negara bagian.
Australia dikenal oleh dunia sebagai tempat yang nyaman
dan sehat untuk ditinggali. Penduduk di Australia ramah, udaranya bersih,
lingkungan aman, fasilitas transportasi yang bagus, serta tunjangan pendidikan
dan kesehatan berkelas
internasional membuat Australia menjadi tempat yang bagus untuk ditinggali.
Beberapa kota seperti Sydney, Melborune, Perth, dan Adelaide merupakan
kota-kota yang bagus dan nyaman.
Pendidikan di Australia juga sangat bagus. Di tempat ini, Australia konon
memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, dan bahkan gelar atau ijasahnya pun
diakui secara internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Australia
tergolong murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika,
bahkan pemerintah memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar
Australia untuk bekerja baik fulltime maupun partime untuk memenuhi biaya
pendidikan mereka. Australia juga menawarkan program studi yang sangat
bervariasi, baik jurusan maupun jenjangnya. Hal ini mempermudah siswa dalam
mencari sekolah yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan begitu banyaknya kelebihan Australia di bidang
pendidikan, maka ada baiknya Indonesia sedikit berkaca dari sistem pendidikan
di Australia itu sendiri. Maka dari itulah, penulis ingin
membandingkan sistem pendidikan di Australia dan Indonesia, agar dapat diambil
manfaat yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah sistem pendidikan di
Australia?
2.
Bagaimanakah sistem pendidikan di
Indonesia?
3.
Bagaimana perbandingan sistem
pendidikan di Australia dan Indonesia?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimanakah sistem
pendidikan di Australia.
2.
Untuk mengetahui bagaimanakah sistem pendidikan di
Indonesia.
3.
Untuk mengetahui bagaimana
perbandingan sistem pendidikan di Australia dan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Australia adalah masyarakat yang
stabil, berkebudayaan majemuk dan demokratis disertai dengan angkatan kerja
yang terampil dan ekonomi yang kuat dan berdaya saing. Dengan penduduk lebih
dari 21 juta, Australia adalah satu-satunya bangsa yang memerintah seluruh
benua dan negara dengan wilayah daratan terluas keenam di dunia. Masyarakat
multikultural Australia mencakup penduduk Asli dan pendatang dari sekitar 200
negara.
Australia adalah salah satu massa
daratan tertua di dunia dan telah berpenghuni manusia sekitar 60.000 tahun.
Sebelum kehadiran pendatang Eropa, penduduk Aborijin dan Penduduk Kepulauan
Selat Torres mendiami sebagian besar wilayah benua. Sejarah kontemporer
Australia secara relatif singkat, dengan pemukiman Eropa pertama didirikan oleh
Inggris Raya pada 26 Januari 1788.
Australia memiliki 10 persen
keanekaragaman hayati dunia dan sejumlah besar tanaman, hewan dan burung asli
tidak ada di lain tempat di dunia. Australia bertekad melestarikan warisan alam
dan lingkungan hidupnya yang unik dan memiliki sejumlah prosedur perlindungan,
termasuk pencatatan dalam Warisan Dunia dan banyak taman nasional dan
perlindungan kehidupan liar.
Australia adalah salah satu ekonomi
yang paling berdaya tahan, berpertumbuhan tinggi di dunia. Australia memiliki
sektor pemerintah yang efisien, pasar buruh yang luwes dan sektor bisnis yang
berdaya saing tinggi.
Dengan sumber daya alam yang melimpah,
Australia memiliki standar hidup yang tinggi sejak abad ke 19. Australia telah
melakukan investasi besar dalam infrastruktur sosial, termasuk pendidikan,
pelatihan, kesehatan dan transportasi. Angkatan kerja Australia yang berjumlah
sekitar 10 juta sangat terlatih. Banyak manajer senior dan staf teknik memiliki
pengalaman internasional, sementara hampir setengah angkatan kerja Australia
memiliki kualifikasi universitas, kejuruan atau diploma.
Dalam ekonomi global, keterampilan
bahasa merupakan kemampuan penting bagi angkatan kerja. Walaupun Australia
adalah negara yang
resmi menggunakan bahasa Inggris, lebih dari 5 juta penduduknya berbicara
bahasa kedua.
Australia menawarkan pengenalan budaya
bisnis Barat dengan angkatan kerja yang mampu beroperasi dalam kedua lingkungan
bisnis Asia dan Barat, karena Australia memiliki sejumlah besar ketrampilan
bahasa Asia di kawasan.
Keterampilan bahasa dan
kemampuan-kemampuan lain yang menarik perusahaan asing sebagian merupakan hasil
dari masyarakat Australia yang majemuk secara budaya.
Para migran memiliki pengaruh yang
nyata pada semua aspek masyarakat Australia. Selama lebih dari 60 tahun migrasi
terencana pasca-perang, Australia telah menerima lebih dari 6,5 juta migran
dari lebih 200 negara, termasuk lebih dari 660.000 pengungsi. Penduduk Australia
telah meningkat dari sekitar tujuh juta menjadi lebih dari 21 juta.
Sistem pendidikan Australia berstandar
tertinggi dan diakui internasional.
Sekolah adalah wajib di seluruh Australia, yang memberikan sumbangsih pada
tingkat melek huruf 99 persen. Sekolah-sekolah di Australia mengembangkan
keterampilan dan kepercayaan diri para pelajar. Lulusan universitas Australia
unggul pada penelitian dan inovasi terdepan, serta pendidikan kejuruan dan
teknik memajukan sektor industri yang sedang berkembang pesat.
Australia juga salah satu penyelenggara
pendidikan dan pelatihan terdepan di dunia bagi pelajar internasional, termasuk
pelatihan bahasa Inggris. Lebih dari 400,000 pelajar dari sekitar 200 negara
menerima pendidikan Australia setiap tahun. Kursus ditawarkan baik di Australia
maupun di luar negeri.
Sistem pendidikan dan pelatihan
Australia tunduk pada pengkajian ulang dan kendali berkelanjutan dari
pemerintah, industri dan badan-badan profesional untuk mempertahankan dan
meningkatkan standarnya yang sudah tinggi. Jaminan mutu di pendidikan tinggi
Australia berdasarkan pada kemitraan kukuh antara sektor pendidikan tinggi dan
Pemeritah Australia, pemeritah negara bagian dan teritori. Kemitraan ini
menjamin standar yang konsisten secara nasional dalam pemberian persetujuan dan
akreditasi, pengawasan luar dan audit mutu independen.
A. Sistem
Pendidikan di Australia
Pendidikan di Australia tidak dipegang
oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara bagian atau
teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk menyelenggarakan
pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada konstitusi Australia,
dimana pendidikan merupakan
tanggungjawab negara bagian. Pada setiap negara bagian, seorang Menteri
Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar
dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah. Sehingga,
masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri
dalam pelaksanaan pendidikannya.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 8 bahwa jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Dilihat dari jenjang pendidikan formal, Australia terdiri dari 3 tahapan
pendidikan, yaitu pendidikan dasar (primary
schools), pendidikan menengah (secondary
education, meliputi secondary
school/high schools), dan pendidikan tinggi (tertiary education in universties or TAFE [techical and further
education] college). Ada kalanya, sebelum memasuki primary school, peserta
didik memasuki kindergarten atau taman kanak-kanak.
Di Australia, pendidikan dasar menjadi
dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya, yaitu pendidikan menengah. Pendidikan
menengah merupakan lanjutan dari
pendidikan dasar. Tahapan terakhir adalah pendidikan tinggi, yang mencakup
beberapa program, yaitu diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Lama pendidikan untuk masing-masing
jenjang tersebut berbeda antarnegara bagian. Perbedaanya dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
1.
Wilayah New
South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Jenjang
Pendidikan
|
Lama
Pendidikan
|
|
Pendidikan
Dasar
|
Primary School
|
6 tahun
|
Pendidikan
Menengah
|
Junior
Secondary School
|
4 tahun
|
Senior High
School
|
2 tahun
|
2.
Wilayah
Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory
Jenjang
Pendidikan
|
Lama
Pendidikan
|
|
Pendidikan
Dasar
|
Primary
School
|
7 tahun
|
Pendidikan
Menengah
|
Junior
Secondary School
|
3 tahun
|
Senior High
School
|
2 tahun
|
Pendidikan di Australia, mewajibkan
peserta didik untuk menempuh wajib belajar, yaitu pada jenjang primary school
(SD) dan junior secondary school (SMP). Sehingga, wajib belajar di Australia
yakni 10 tahun. Selanjutnya, peserta didik dapat masuk ke senior high school.
Istilah yang dilakukan untuk jenjang pendidikan di Australia adalah year 1 – 12
(dari jenjang primary school hingga high school).
Pada jenjang senior high school, setiap
peserta didik memiliki kewajiban untuk memilih program pendidikan kejuruan atau
pendidikan umum. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk pasar kerja, artinya
lulusan pendidikan kejuruan tersebut akan siap untuk bekerja setelah lulus.
Setiap negara bagian memiliki Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Vocational Education and Training atau VET).
VET mempersiapkan peserta didik untuk bekerja tanpa perlu mendapatkan gelar
sarjana.
Untuk peserta didik yang mengambil
pendidikan umum, dapat meneruskan pendidikan ke jenjang diploma, bachelor
degree, dst. Berikut adalah kualifikasi kerangka kualifikasi Australia (AQF
atau Australian Qualification Framework) menurut sector pendidikan.
Australian
Qualification Framework
Sektor Sekolah
|
Sektor Vocational Education And Training
(VET)
|
Sektor Perguruan Tinggi
|
Senior Secondary Certificate of
Education (Ijazah Sekolah Menengah Atas)
(2–3 tahun)
|
Vocational
graduate diploma (Diploma Kejuruan)
(1 tahun)
|
Gelar doktor
(3+ tahun)
|
VET di
Sekolah
|
Vocational
graduate certificate (Sertifikat Kejuruan)
(6 bulan)
|
Gelar Masters
/ Magister
(1–3 tahun)
|
|
Advanced diploma (Diploma Lanjutan)
(6–12 bulan)
|
Graduate
diploma
(1 tahun)
|
|
Diploma
(1 tahun)
|
Graduate
certificate
(6 bulan)
|
|
Sertifikat IV
(1 tahun)
|
Bachelor
degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)
|
|
Sertifikat III
(6 bulan)
|
Associate
degree, advanced diploma
(1,5 tahun)
|
|
Sertifikat II
(6 bulan)
|
Diploma
(1 tahun)
|
|
Sertifikat I
(6 bulan)
|
|
Untuk gelar
yang didapatkan setelah menempuh perguruan tinggi adalah:
- Bachelors
degree (setingkat sarjana S1)
- Masters
degree (setingkat magister S2)
- PhD
(setingkat doktor S3)
Untuk tes bagi siswa yang berlaku
secara nasional, Australia menyelenggarakan NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and Numeracy). Setiap
tahunnya, semua siswa yang berada pada tahun 3, 5, 7, dan 9 melakukan tes pada
hari yang sama. Materi tes tersebut meliputi membaca, menulis, bahasa (mengeja,
tata bahasa, dan pemberian tanda baca), dan perhitungan.
B. Sistem
Pendidikan di Indonesia
Dalam undang - undang Sisdiknas tahun
2003 disebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, jenjang
pendidikan di Indonesia ada 3 yaitu:
- Pendidikan
dasar;
- Pendidikan
menengah;
- Pendidikan
tinggi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat
tetapi lebih mendalam, yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi.
Di Indonesia, jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di
Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket
A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan pendidikan tinggi.
Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak
usia dini, pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar.
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan ini
merupakan pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak, yaitu
di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada masa ini para
siswa mempelajari bidang-bidang studi antara lain: - Ilmu Pengetahuan Alam -
Matematika - Ilmu Pengetahuan Sosial - Bahasa Indonesia - Bahasa Inggris -
Pendidikan Seni - Pendidikan Olahraga. Di akhir masa pendidikan di SD, para
siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat
melanjutkan pendidikannya ke SMP dengan lama pendidikan 3 tahun.
Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan MAdrasah
Ibtidayah (MI) atau bentuk yang sederajatserta Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Akhir kelas enam siswa harus mengikuti Ujian
Nasional sebagai syarat untuk mengikuti SMP/MTs.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar,
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Jenjang pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari
beberapa macam dimana, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, special dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (UU,
Sisdiknas, pasal 19:2003) Perguruan tinggi dapat berbentuk :
1.
Akademi (lembaga pendidikan tinggi, kurang
lebih 3 tahun lamanya, yg mendidik tenaga profesional;
2.
Politeknik (pendidikan professional yang
diarahkan pada kesiapan penerapan keahlian tertentu);
3.
Sekolah tinggi (menyelenggarakan pendidikan akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu
pengetahuan);
4.
Institut (organisasi, badan, atau perkumpulan
yg ber-tujuan melakukan suatu penyelidikan ilmiah);
5. Universitas (perguruan tinggi yg terdiri atas
sejumlah fakultas yg menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau profesional dl
sejumlah disiplin ilmu tertentu).
Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan vokasi
(UU, Sisdiknas, pasal 20:2003). Kerangka dasar dan kurikulum pendidikan tinggi
di Indonesia dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. Dimana
kurikulum pendidikan tinggi wajib memuatkan pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan dan bahasa.
Berbeda dengan sekolah menengah,
perguruan tinggi menerapkan sistem kredit semester (SKS). Di perguruan tinggi,
seorang mahasiswa jika dapat menghabiskan jumlah kredit mata kuliah yang
ditargetkan dan dapat menempuhnya dalam waktu tertentu sesuai dengan rencana
yang diprogramkan, mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan pendidikan tinggi
Strata 1 (S1) dalam waktu 4 tahun. Namun bila tidak sanggup karena banyak
mengulang mata kuliah yang rendah nilainya atau karena cuti, waktu yang
ditempuh untuk diwisuda sebagai seorang sarjana bisa lebih dari 4 tahun. Kalau
ia berhasil wisuda dan berniat melanjutkan studi lanjut, masih ada dua tahap
dalam pendidikan tinggi yang dapat ditempuhnya, yaitu jenjang S2 atau Magister
yang normalnya ditempuh selama 2 tahun, dan jenjang Ssedangkan S3 atau doctor
yang efektifnya ditempuh selama 2 tahun, sedangkan sisanya untuk penelitian.
Apabila seluruh tahap pendidikan tinggi ini ditempuh, diberi gelar doctor untuk
bidang yang dipilihnya.
C. Perbandingan Pendidikan di Australia dan Indonesia
NO
|
AUSTRALIA
|
INDONESIA
|
|||||
New South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
|
Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory
|
||||||
1
|
Primary
School (6 Tahun)
Junior Secondary
School (4 tahun)
|
Primary
School (7 Tahun)
Junior
Secondary School (3 Tahun)
|
Pendidikan dasar 9 tahun (SD 6 Tahun dan SMP 3
Tahun)
|
||||
2.
|
Senior High School (2 Tahun)
|
Senior High School (2 Tahun)
|
Pendidikan Menengah 3 tahun (SMA, MA, SMK,
dan MAK
)
|
||||
3.
|
Diploma
(1 tahun)
Associate
degree, advanced diploma
(1,5 tahun)
Bachelor
degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)
Graduate
certificate
(6 bulan)
Graduate
diploma
(1 tahun)
Gelar Masters
/ Magister
(1–3 tahun)
Gelar doktor
(3+ tahun)
|
Ahli Madya, Diploma 3 (D3)
Sarjana, Diploma 4 (D4)
Sarjana, Strata 1 (S1)
Magister, Strata 2 (S2)
Doktor, Strata 3 (S3)
|
|||||
Selain dari jenjang pendidikan, beberapa perbandingan dari pendidikan yang ada di Australia dan Indonesia
antara lain adalah:
Pertama, dilihat dari bobot dan tingkat
kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan dasar di Indonesia jauh lebih
tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah mendapatkan banyak
pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau ujian, tetapi
siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan untuk membaca.
Bahkan di Indonesia, siswa TK nol besar diwajibkan lancar membaca dan
berhitung, apalagi jika orangtua mereka berniat mendaftarkan mereka ke Sekolah
Dasar unggulan yang diwajibkan mereka lolos ujian tulis sebagai syarat
pendaftaran masuk. Sungguh berbeda sekali dengan di negeri yang terkenal dengan
binatang kangguru ini. Pendidikan di TK seperti istana bermain dimana mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan
bersosialisasi. Pendidikan dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi
untuk belajar mengenal diri sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap
(character building). Mengajarkan hal-hal sederhana secara praktis lebih
ditekankan dibanding teori-teori di kelas. Karena
itu, tidak heran jika di Australia, sering terlihat siswa-siswa SD yang sedang
belajar mengukur kepadatan mobil di jalan raya atau di lain waktu mereka tengah
melakukan kegiatan di luar kelas (excursion),
seperti ke pasar, perkebunan, peternakan kadang mereka belajar juga mengantri,
melakukan transaksi jual beli dan sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif
serta bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dalam hal penilaian (assessment).
Berbeda dengan di Indonesia yang mewajibkan para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas.
Di Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional
seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah
NAPLAN (National Assessment Program
Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional yang dilakukan serentak di
Australia untuk menguji kemampuan membaca, menulis dan berhitung sebagai
persiapan memasuki Year 10 (setara dengan kelas I SMU).
Walaupun standar materi pelajaran untuk pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan Australia, namun ketika memasuki tingkat
perguruan tinggi, tampak negeri kita lebih tertinggal dibandingkan Australia.
Selain disebabkan karena peralatan teknologi yang lebih canggih dan lengkap,
fasilitas-fasilitas penelitian yang lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang
telah memiliki pengembangan karakter (character
building) yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di pendidikan
dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti kemandirian,
jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir kritis (critical thinking).
Ketiga, pemberian reward (penghargaan)
terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi, baik dalam bentuk verbal maupun
non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’, dsb. Yang lebih
menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau melakukan usaha
keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh reward berupa
sertifikat-sertifikat kecil (school
rewards) yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan
di acara assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali
untuk pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing
kelas menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang
istimewa lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah
dilakukan anak didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di
depan kelas, jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa.
Di sinilah terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar.
Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa.
Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan
dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
Keempat, suasana belajar di sekolah-sekolah
dasar di Australia terlihat sangat kondusif. Beberapa hal yang menunjang proses
pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam kelas yang tak lebih dari 20 siswa,
media, kumpulan portofolio, dan alat-alat peraga pembelajaran yang lengkap,
dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan digantung berbagai macam gambar,
tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan guru. Kebanyakan dinding kelas
sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard),
sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar.
Hal ini jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’
dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan
bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar,
berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini
kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki
kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan
Australia.
Kelima, dari segi tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para
guru diwajibkan datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya
tengah digalakkan di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru
sebelum masuk ke kelas tentu sangat baik untuk meningkatkan kedisiplinan bagi
tenaga pengajar dan juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam
proses belajar mengajar.
Keenam, tidak adanya Pendidikan Agama di
Australia.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat berbagai perbedaan yang
mencolok antara pendidikan di Australia dan Indonesia. Beberapa perbedaan
tersebut meliputi:
1. Sistem pendidikan yang berbeda, dimana wajib
belajar di Australia adalah 10 tahun (primary dan secondari school) sementara
di Indonesia adalah 9 tahun (SD dan SMP).
2. Tes nasional yang
dilakukan oleh pemerintah Australia adalah NAPLAN (National
Assessment Program-Literacy and Numeracy), yang dilakukan sebagai persiapan
menuju year 10. Sementara di Indonesia,
tes nasional yang dilakukan adalah UNAS, yaitu setelah menyelesaikan jenjang
SD, SMP, dan SMA.
3. Tidak adanya
pendidikan agama di Australia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.studyinaustralia.gov.au/indonesia/australian-education/schools.
www.
ef.co.id./upa/destinations/australia/
No comments:
Post a Comment