Wednesday, September 30, 2015

KETERKAITAN PENDIDIKAN TERHADAP KESEHATAN DAN PENDAPATAN
OLEH : ISWANTO
NPM. 1523053012


PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam meningkatkan kualitas/mutu sumber daya manusia (SDM).               http://disdikpora.rokanhulukab.go.id/index.php/artikel-terbaru/201-mendikbud-kualitas-sdm-menentukan-ke.   Melalui pendidikan potensi pada diri manusia dapat digali, ditingkatkan dan dikembangkan. Peningkatan dan perkembangan potensi menjadikan manusia semakin berkualitas/bermutu.
Indikator kualitas/mutu  Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan/penghasilannya. http://ipsgampang.blogspot.com/2014/08/fungsi-dan-peran-penduduk-dalam.html. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin menunujkkan sebagai manusia unggul. Demikian juga, semakin  sehat seseorang semakin mampu menunjukkan kualitasnya. Dengan sehat memungkinkan seseorang berkerja lebih optimal. Optimalisasi potensi seseorang yang didukung kesehatan dapat meningkatkan pendapatan/penghasilan.
Pendidikan dalam peran strategisnya dapat meningkatkan kesehatan manusia. Tingkat pendidikan merupakan potensi sumber daya manusia yang unggul. Sementara tingkat kesehatan mencerminkan kesejahteraan. Sedangkan pendapatan yang tinggi sangat berpengaruh terhadap upaya pemenuhan kebutuhan.
Dari uraian diatas, memberi gambaran bahwa pendidikan berpengaruh pada kesehatan. Kesehatan ada kaitannya dengan optimalisasi kerja. Optimalisasi kerja mendongkrak penghasilan/pendapatan. Maka pendidikan selain berpengaruh pada kesehatan juga berpengaruh pada pendapatan/penghasilan.

 Kata kunci : sumber daya manusia (SDM), pendidikan, keshatan, pendapatan.



A.    PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP KESEHATAN 
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin sadar akan pentingnya kesehatan. http://disdikpora.rokanhulukab.go.id/index.php/artikel-terbaru/201-mendikbud-kualitas-sdm-menentukan-ke.  Pada penyelengaraan pendidikan dimasukkan muatan pendidikan tentang kesehatan. Tujuan dari informasi tentang kesehatan yang digelontorkan melalui pendidikan adalah supaya insan pendidikan melek kesehatan. Maksudnya, insan pendidikan sadar akan pentingnya kesehatan. Melalui pendidikan manusia dapat mengerti kesehatan, perilaku hidup sehat, dan manfaat dari kesehatan. kesadaran akan pentingnya hidup sehat mendorong manusia untuk menjaga dan melestarikan kesehatannya.
Lingkungan pendidikan memprogramkan pengelolaan pendidikan yang sehat. Pendidikan yang sehat menyangkut lingkungan pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan. Cakupan lingkungan pendidikan yang sehat termasuk personil di lingkungan pendidikan, sehat jasmani maupun rohani. Pengaruh program pengelolaan pendidikan yang sehat terhadap kesehatan cukup tinggi.
Penerapapan hidup sehat dilingkungan pendidikan antara lain; budaya hidup bersih, bebas asap rokok, upaya peningkatan sehat dan bugar melalui olahraga. Selain itu, kegiatan-kegiatan terkait kesehatan misalnya; program kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Cuci Tangan Pakia Sabun (Gercitapasa), dan sebagainya.
Muatan pendidikan tentang kesehatan dimasukkan dalam muatan pelajaran. Topik pembahasan tema hidup bersih, menjaga kebersihan badan, makanan bersih dan sehat, adalah topik yang bertujuan memberi pemahaman kesehatan dilingkungan pendidikan. Muatan tentang kesehatan ini besar pengaruhnya terhadap perilaku hidup sehat dan penjagaan serta pelestarian kesehatan.
Pendidikan kesehatan secara teori yang didukung praktek meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang manfaatnya kesehatan. Peserta didik terdorong menerapakan apa yang diperoleh dari pembelajaran. Peserta didik selalu berusaha meningkatkan kesehatannya sesuai anjuran. Efek dari penerapan dari anjuran kesehatan pun dapat dirasakan. Perilaku hidup sehat menjadi budaya masayarakat. Kesehatan terjaga dan lestari.
Indikator dari tingkat kesehatan penduduk dapat kita lihat dari angka kematian dan angka harapan hidupnya. Tingginya angka kematian  menggambarkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah dan tingginya angka harapan hidup menggambarkan tingkat kesehatan penduduk yang baik. http://ipsgampang.blogspot.com/2014/08/fungsi-dan-peran-penduduk-dalam.htm. Pada jenjang pendidikan tinggi, peran pendidikan sangat sentral dalam menghasilkan output-output yang akan berkontribusi untuk mentransformasikan pengetahuan kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya  kesehatan bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.

B.     PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN
Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pandapatan seseorang. Artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Seseorang yang tinggi tingkat pendidikannya diharapkan akan memiliki produktivitas yang tinggi pula bila jika dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan merupakan potensi sumber daya manusia yang unggul. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16004/1/was-feb2006-%2520(3).pdf.
Pendidikan sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan kehidupan sehari-hari. Di bidang pendidikan, tinggi rendahnya tingkat pendidikan suatu masyarakat ikut menentukan tinggi rendahnya kualitas dari sumber daya masyarakat. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh, untuk masyarakat maritim, diperlukan pendidikan kemaritiman, untuk masyarakat pertanian diperlukan sekolah pertanian, dan sebagainya.
Pendidikan sebagai investasi. Setidaknya ada 3 alasan penting pendidikan sebagai investasi :
1.      Sebagai alat perkembangan ekonomi 
a.       Semakin berpendidikan seseorang semakin baik pendapatan/penghasilannya.
b.      Investigasi mengenai tingkat pendidikan di amerika serikat (1992) membuktikan bahwa : 1) seseorang doktor berpenghasilan rata-rata per-tahun sebesar 55 juta dollar,  2) master 40 juta dolar, dan 3) sarjana (s1) 33 juta dolar, sedangkan mereka yang berpendidikan lanjutan berpenghasilan rata-rata 19 juta dolar.
c.       Dalam waktu yang bersamaan di indonesia diketahui mereka yang berpendidikan doktor berpenghasilan rata-rata per-bulan rp.3,5 juta, master rp. 3 juta,  sarjan rp.2,5 juta, lulusan slta rp.1,9, tmatan sd rp.1,1.

2.      Sebagai nilai balik (rate of return)
a.       Nilai balik pendidikan : perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
b.      Di negara berkembang nilai balik investasi pendidikan lebih tinggi (20%) dibandingkan investasi modal fisik (15 %). Sedangkan di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %.
c.       Alasannya : karena tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif sedikit jumlahnya sehingga tingkat upah lebih tinggi.
d.      Memperhatikan kondisi di indonesia, prof. Kinosita dari jepang menyarankan bahwa yang sangat mendesak dikembangkan di indonesia adalah pendidikan dasar. Kinosita menyebutkan bahwa proses pendidikan di indonesia bertumpu pada 4 pilar utama yaitu : 1)learning to know, 2) learning to do, 3) learning to be, 4) learning to live togehter yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal.

3.      Memiliki multi fungsi al. Fungsi sosial, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan
a.       Fungsi sosial  memberi kontribusi terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda.
b.      Fungsi politis  : membantu mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab.
c.       Fungsi budaya : membantu mengembangkan kreativitas, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik.
d.      Fungsi kependidikan : membantu mengembangkan kesadaran belajar sepanjang hayat (life long learning) dan senang belajar,  selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.
Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. Negara-negara berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini disebabkan oleh:
  1. Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-lain.
  2. Jumlah penduduk banyak.
  3. Besarnya angka ketergantungan.
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi 3, yaitu:
  1. Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
  2. Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
  3. Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.


C.    KESIMPULAN

  1. Pendidikan mengarahkan pada kesadaran pentingnya kesehatan.
  2. Kesehatan membuka peluang kemungkinan meningkatnya optimalisasi Sumber Daya Manusia (SDM).
  3. Pendidikan sebagai investasi tidak semata-mata untuk mendongkrak pendapatan seseorang, tetapi lebih luas lagi yaitu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
  4. Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik.



RUJUKAN :

Tuesday, September 29, 2015

Filsafat

FILSAFAT

Filsafat menurut Preus (2007) dari kata serapan bahasa arab “falsafah”. Juga berasal dari bahasa Yunani philosophia, merupakan kata majemuk; dimana philos berarti cinta dan sophia  artinya bijaksana. Philo berarti cinta dalam arti luas yaitu “ingin” dan karena itu seseorang berusaha mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Pengertian filsafat adalah telaah kefilsafatan yang mengandalkan penalaran logika dengan mengedepankan berpikir secara radic (sedalam-dalamnya) dan spekulatif. Filsafat yaitu hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya, atau ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik ; menyeluruh, mendasar dan spekulatif.
  Philosophia atau kata filsafat untuk pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun orang Yunani pertama yang diberi gelar filsuf adalah Thales (640-546 SM). Thales adalah seorang filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos. Menurutnya, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsurnya, dan kaidahnya.
Pandangan pakar tentang filsafat :                                                                                    
Plato (427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, filsafat yaitu ilmu pengetahuan yang dapat memenuhi keinginan mereka yang ingin mencapai kebenaran yang sesungguhnya.                                                                                                         
Aristoteles (384-322 SM), murid Plato mengatakan filsafat melakukan telaah tentang sebab dan asas segala benda. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Descartes (1590-1650 M), filsafat adalah kumpulan segala ilmu pengetahuan dimana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan yang utama.
Dan masih banyak lagi pendapat pakar. Dari beragam pandangan para pakar, esensi filsafat yaitu telaah kefilsafatan tentang suatu objek tertentu yang mengandalkan pemikiran yang mendalam/radic dengan menggunakan hukum skeptis dan dialektika untuk melahirkan sesuatu ilmu yang melandaskan objeknya pada Tuhan, alam, dan manusia.
Filsafat dimulai dengan rasa ragu-ragu akan sesuatu (kebenaran/kepastian) dan rasa ingin tahu akan sesuatu (kebenaran/kepastian) itu. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. Mengevaluasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang kita ketahui. Mengetahui kekurangan bukan untuk merendahkan, namun secra sadar memanfaatkan, untuk lebih jujur dalam mencintai.
     


  

Tuesday, September 22, 2015

video belajar


Bahasa Indonesia


Kegiatan






JURNAL PENDIDIKAN

METODOLOGI PENELITIAN
DOSEN : M. THOHA BS. JAYA



Oleh :
ISWANTO
NPM : 1523053012



S2 MKSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(FKIP)
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2015

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kemampuan menulis sangat fungsional bagi pembangunandiri siswa dalam bermasyarakat dan bernegara terutama untuk keperluan melajutkan studi maupun untuk keperluan mencari pekerjaan. Kemampuan menulis dapat mendorong siswa untuk menemukan  suatu topik dan mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang diperlukan untuk kehidupan mereka. Melalui kegiatan menulis terbentuk suatu proses berfikir dan berkreasi yang berperan dalam mengolah gagasan serta menjadi alat untuk menuangkan/menyampaikan gagasan.
Pembelajaran menulis untuk siswa sekolah darsar dititikberatkan pada keterampilan mengungkapkan perasaan secara tertulis, menuliskan informasi sesuai dengan konteks dan situasi, meningkatkan kegemaran menulis, serta meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Di atas telah disebutkan bahwa menulis merupakan kegiatan untuk menuangkan gagasan. Gagasan yang dituangkan dalam kegiatan menulis harus logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Dalam menuangkan gagasan tersebut diperlukan bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak latihan serta praktik. Menurut Dawson dalam (Tarigan,1985:1) salah satu bentuk praktik dan latihan untuk memperoleh penguasaan menulis, sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran.
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan dasar yang amat diperlukan baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Disekolah, kemampuan menulis diperlukan untuk kegiatan, menyalin, dan membuat karya tulis pada semua mata pelajaran mulai tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Di dlalam kehidupan sehari-hari kemampuan menulis bermanfaat pada semua bidang kehidupan/pekerjaan, misalnya surat menyurat baik pribadi maupun dinas, mengisi formulir, menyusun makalah, membuat catatan-catatan untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Kemampuan menulis memegang peran penting dalam kehidupan. Oleh karena itu kemampuan tersebut sebaiknya dimiliki sejak dini. Secara resmi kemampuan menulis diperoleh di bangku sekolah melalui pembelajaran Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1991 : 1). Dengan demikian anak yang telah lulus dari sekolah dasar diharapkan telah memiliki kemampuan menulis yang baik untuk keperluan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk keperluan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Rusyana (1987 : 104) mengatakan bahwa pembelajaran menulis permulaan sangat penting diajarkan di sekolah dasar agar anak-anak dapat terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran tersebut merupakan dasar menulis yang dapat menentukan murid sekolah dasar dalam menulis lanjut pada kelas berikutnya. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajarpada masa selanjutnya.
Pentingnya pembelajaran menulis tidak hanya karena pembelajaran menulis disekolah dasar merupakan pondasi bagi perkembangan pendidikan pada setiap siswa, tetapi juga karena setiap siswa harus dibekali dengan kemampuan untuk menyampaikan ide dan pikirannya secara tertulis atau menulis kepada pihak lain yang merupakan syarat mutlak seseorang dalam mengikuti pendidikan.
Hasil penemuan dilapangan tentang kemampuan menulis mereka belum optimal. Mereka belum mampu mengekspresikan gagasannya melalui lisan maupun tulisan secara optimal. Didalam mengerjakan tugas, siswa masih nampak ragu-ragu seperti ada rasa takut saat akan mengutarakan atau menuliskan gagasannya. Disamping itu juga ditemukan kegiatan belajar di sekolah tampak begitu monoton dan membosankan. Secara umum yang sering terlihat adalah murid datang ke sekolah mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran, mencatat materi pelajaran, mengerjakan tugas atau mengerjakan latihan-latihan soal, dan pulang. Saat ini semakin jarng guru-guru yang mau memberi kesempatan muridnya untuk mengembangkan kemampuan menulisnya, misalnya dengan cara memberika tugas mengarang atau tugas mengungkapkan gagasannya melalui menulis.
Dengan kata lain, kenyataan di lapangan diketahui bahwa pembelajaran menulis kurang mendapatkan perhatian sewajarnya. Pelly dan Efend dalam (Syamsi, 1999 : 1) mengatakan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang dahulu merupakan pembelajaran dan latihan pokok, saat ini kurang mendapatkan perhatian baik dari siswa maupun guru. Pembelajaran menulis tidak ditangani sebagaimana mestinya, guru dan siswa biasanya lebih memfokuskan kegiatan pelajaran ada materi teoritik yang mengarah pada keberhasilan siswa dalam pencapaian nilai ujian. Hal ini menyebabkan  keterampilan menulis para siswa tidak memadai, sehingga mengakibatkan rendahnya mutu kemampuan menulis.
Disamping itu ada beberapa penyebab yang lain diantaranya adalah kurangnya persiapan guru, rumusan tujuan yang kurang tepat, kecenderungan verbalisme, ketidak siapan siswa, kurang minat dan ketidak gairahan siswa, lingkunganbelajar, dan susunan belajar. Menurut Sanjaya (2008 : 52), “terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses siswa belajar, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan”. Djamarah dan Zain (1995 : 123) mengemukakan, bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran antara lain : tujuan pembelajaran, guru, siswa, kegiatan pembelajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana.
Faktor tujuan pembelajaran sebagai penyebab kurang efektifnya pembelajaran karena kurang tepatnya merumuskan tujuan yang relevan terhadap materi yang dibahasa atau diajarkan serta tidak disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan tingkat kemampuan siswa.
Faktor guru sebagai penyebab rendahnya pembelajaran dapat disebabkan antara lain faktor usia, kesehatan, ijazah, jenis kelamin, tempat tinggal, motivasi dan mungkin juga faktor-faktor sosial ekonomi dan lain sebagainya.
Faktor siswa sebagai penyebab rendahnya hasil pelajaran, kemungkinan disebabkan antara lain kurangnya minat dan kemandirian belajar siswa.
Faktor kegiatan pembelajarn sebagai penyebab rendahnya hasil pembelajaran, dapat disebabkan antar lain karena tanpa perencanaan, kurang tepatnya pemilihan metode dan penggunaan media.
Faktor alat evaluasi dan bahan evaluasi sebagai penyebab rendahnya pembelajaran dan hasil pembelajaran, kemungkina dapat disebabkan antara lain kurang adanya waktu bagi guru untuk membuat desain pembelajaran.
Faktor suasana (lingkungan) belajar sebagai penyebab rendahnya pembelajaran dan hasil pembelajaran, dapat disebabkan antaralain lokasi sekolah yang berdekatan dengan pasar, terminal, atau jalan raya yang bising dengan hilir mudiknya kendaraan, sehingga kurang tenangnya suasana belajar.
Badudu dalam (Syamsi, 1999 : 2) berpendapat, bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan. Pembelajaran menulis selama ini masih dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan tradisional, yang dapat menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif, karena guru mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar mengajar dan siswa cenderung pasif. Siswa lebih berposisi sebagai objek daripada sebagai subjek sehingga pembelajaran menggantungkan sepenuhnya pada inisiatif guru yang dianggap sebagai sumber belajar.
Pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan tradisional akan menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif. Untuk mengoptimlakan hasil belajar, terutama bidang keterampilan menulis diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas dan kreatifitas siswa. Adapun upaya untuk meningkatkan kwalitas proses pembelajaran menulis seperti itu adalah menggunakan pendekatan yang menekankan pentingnya proses belajar bagi subjek didik, yakni pendekatan proses.
Pembelajaran menulis dengan pendekatan proses terdapat tahap-tahap kegiatan menulis yang kesemuanya melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Pada tahap awal, siswa diberi kesempatan memilih dan menentukan sendiri topik yang benar-benar dikuasai permasalahanya untuk ditulis. Selanjutnya mereka mengembangkan satu tulisan, merevisi isinya dan mengedit bahasanya sehingga didapat hasil akhir. Dengan adanya kegiatan merevisi isi dan mengedit bahasanya memungkinkan siswa untuk lebih inovatif karena siswa akan memperbaiki tulisannya apabila ditemukan kesalahan.
Guna mendukung berhasilnya pembelajaran menulis dengan pendekatan proses, guru harus memiliki keterampilan menggunakan media disamping keterampilan- keterampilan yang lain seperti : keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, dan mengalokasikan waktu. Menurut Sadiman dkk (2008 : 11 – 12), proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluaran atau media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Dalam proses belajar mengajar tentang kemampuan menulis, media pembelajaran merupakan komponen dan sarana pembelajaran, yang mempunyai peranan sangat besar dalam menunjang  keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Bersama-sama dengan komponen dan sarana pembelajaran lainnya, media pembelajaran dapat mempertinggi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran, dan mutu pembelajaran dapat lebih ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan pengertian media pendidikan yang dikemukakan oleh Hamalik (1986 : 23), sebagai berikut : “yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode, teknik, yang digunakan dalam rangka untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan murid dalam proses pendidikan  dan pengajaran”.
Banyak sekali macam dan jenis media serta sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, baik yang secara sengaja diadakan, disediakan, dan diprogramkan, amupun yang secara kebetulan dimanfaatkan dalam membelajarkan anak untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu diantaranya adalah pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran kemampuan menulis. Dengan penggunaan media gambar dalam pembelajaran kemampuan menulis dimungkinkan akan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa secara optimal.
Keberhasilan belajar siswa dalam kemapuan menulis itu sendiri juga dipengaruhi oleh ciri-ciri khas yang dimiliki oleh siswa yang belajar, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Salah satu ciri khas yang dimiliki siswa adalah keadaan awal siswa. W. S. Winkel mengemukakan : “keadaan awal siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar antara lain : taraf intelegensi, daya kreatifitas, cara belajar, kecepatan belajar, kadar motivasi belajar, tahap perkembangan, kemampuan berbahasa, sikap terhadap tugas belajar, kebiasaan belajar, perasaan dalam belajar, minat belajar, kondisi mental”. (1991 : 82).
Proses belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu, salah satu upaya untuk meningkatkan perubahan tingkah laku tersebut adalah dengan kemandirian belajar. Menurut Mudjiman : “belajar mandiri adalah belajar aktif , yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah , dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evalusi hasil belajar di lakukan oleh pembelajar sendiri“. (2008:7).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa keadaan awal siswa merupakan pendukung kemandirian belajar siswa. Jika keadaan awal siswa tinggi, maka kemandirian belajar siswa juga akan tinggi. Jika kemandirian belajar siswa tinggi, hasil belajar akan optimal. Namun jika keadaan awal siswa rendah, maka kemandirian belajar siswa juga akan rendah. Jika kemandirian siswa rendah, hasil belajar akan rendah pula.
Menurut Nuryoto (1993 : 48) ”individu yang memiliki kemandirian kuat, akan mampu bertanggung jawab. Berani menghadapi masalah dan resiko dan tidak terpengaruh atau tergantung kepada orang lain “.
Kemandirian belajar siswa sebaiknya mulai ditanamkan sejak dini yaitu sejak anak- anak masih duduk dikelas dua sekolah dasar (pada lembaga pendidikan formal). Karena,  menurut Haris Mujiman (2008:V),”lembaga pendidikan formal merupakan tempat yang tepat untuk memberikan pembekalan kemampuan belajar mandiri kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan untuk menjalankan kegiatan belajar sepanjang hidup, selepas mereka dari masa pendidikan formalnya “.
Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut, mahasiswa bermaksud mencarikan solusinya.