METODOLOGI PENELITIAN
DOSEN : M. THOHA BS. JAYA
Oleh :
ISWANTO
NPM : 1523053012
S2 MKSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(FKIP)
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2015
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kemampuan menulis sangat fungsional bagi pembangunandiri siswa
dalam bermasyarakat dan bernegara terutama untuk keperluan melajutkan studi
maupun untuk keperluan mencari pekerjaan. Kemampuan menulis dapat mendorong
siswa untuk menemukan suatu topik dan mengembangkan
gagasan menjadi suatu karangan yang diperlukan untuk kehidupan mereka. Melalui
kegiatan menulis terbentuk suatu proses berfikir dan berkreasi yang berperan
dalam mengolah gagasan serta menjadi alat untuk menuangkan/menyampaikan
gagasan.
Pembelajaran menulis untuk siswa sekolah darsar dititikberatkan
pada keterampilan mengungkapkan perasaan secara tertulis, menuliskan informasi
sesuai dengan konteks dan situasi, meningkatkan kegemaran menulis, serta
meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
Di atas telah disebutkan bahwa menulis merupakan kegiatan untuk
menuangkan gagasan. Gagasan yang dituangkan dalam kegiatan menulis harus logis,
diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Dalam menuangkan gagasan
tersebut diperlukan bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin
terampil seseorang berbahasa semakin jelas jalan pikirannya. Keterampilan
berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak latihan serta
praktik. Menurut Dawson dalam (Tarigan,1985:1) salah satu bentuk praktik dan
latihan untuk memperoleh penguasaan menulis, sebagai salah satu dari empat
keterampilan berbahasa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran.
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan dasar yang amat
diperlukan baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Disekolah,
kemampuan menulis diperlukan untuk kegiatan, menyalin, dan membuat karya tulis
pada semua mata pelajaran mulai tingkat pendidikan dasar sampai dengan
pendidikan tinggi. Di dlalam kehidupan sehari-hari kemampuan menulis bermanfaat
pada semua bidang kehidupan/pekerjaan, misalnya surat menyurat baik pribadi
maupun dinas, mengisi formulir, menyusun makalah, membuat catatan-catatan untuk
diri sendiri maupun untuk orang lain.
Kemampuan menulis memegang peran penting dalam kehidupan. Oleh
karena itu kemampuan tersebut sebaiknya dimiliki sejak dini. Secara resmi
kemampuan menulis diperoleh di bangku sekolah melalui pembelajaran Bahasa
Indonesia (Depdikbud, 1991 : 1). Dengan demikian anak yang telah lulus dari
sekolah dasar diharapkan telah memiliki kemampuan menulis yang baik untuk
keperluan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
untuk keperluan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Rusyana (1987 : 104) mengatakan bahwa pembelajaran menulis
permulaan sangat penting diajarkan di sekolah dasar agar anak-anak dapat
terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran tersebut merupakan dasar menulis
yang dapat menentukan murid sekolah dasar dalam menulis lanjut pada kelas
berikutnya. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini, anak akan
mengalami kesulitan belajarpada masa selanjutnya.
Pentingnya pembelajaran menulis tidak hanya karena pembelajaran
menulis disekolah dasar merupakan pondasi bagi perkembangan pendidikan pada
setiap siswa, tetapi juga karena setiap siswa harus dibekali dengan kemampuan
untuk menyampaikan ide dan pikirannya secara tertulis atau menulis kepada pihak
lain yang merupakan syarat mutlak seseorang dalam mengikuti pendidikan.
Hasil penemuan dilapangan tentang kemampuan menulis mereka belum
optimal. Mereka belum mampu mengekspresikan gagasannya melalui lisan maupun
tulisan secara optimal. Didalam mengerjakan tugas, siswa masih nampak ragu-ragu
seperti ada rasa takut saat akan mengutarakan atau menuliskan gagasannya.
Disamping itu juga ditemukan kegiatan belajar di sekolah tampak begitu monoton
dan membosankan. Secara umum yang sering terlihat adalah murid datang ke
sekolah mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran, mencatat materi
pelajaran, mengerjakan tugas atau mengerjakan latihan-latihan soal, dan pulang.
Saat ini semakin jarng guru-guru yang mau memberi kesempatan muridnya untuk
mengembangkan kemampuan menulisnya, misalnya dengan cara memberika tugas
mengarang atau tugas mengungkapkan gagasannya melalui menulis.
Dengan kata lain, kenyataan di lapangan diketahui bahwa
pembelajaran menulis kurang mendapatkan perhatian sewajarnya. Pelly dan Efend
dalam (Syamsi, 1999 : 1) mengatakan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang
dahulu merupakan pembelajaran dan latihan pokok, saat ini kurang mendapatkan
perhatian baik dari siswa maupun guru. Pembelajaran menulis tidak ditangani
sebagaimana mestinya, guru dan siswa biasanya lebih memfokuskan kegiatan
pelajaran ada materi teoritik yang mengarah pada keberhasilan siswa dalam
pencapaian nilai ujian. Hal ini menyebabkan keterampilan menulis para siswa tidak memadai,
sehingga mengakibatkan rendahnya mutu kemampuan menulis.
Disamping itu ada beberapa penyebab yang lain diantaranya adalah kurangnya
persiapan guru, rumusan tujuan yang kurang tepat, kecenderungan verbalisme,
ketidak siapan siswa, kurang minat dan ketidak gairahan siswa,
lingkunganbelajar, dan susunan belajar. Menurut Sanjaya (2008 : 52), “terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses siswa belajar,
diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia,
serta faktor lingkungan”. Djamarah dan Zain (1995 : 123) mengemukakan, bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran antara lain : tujuan
pembelajaran, guru, siswa, kegiatan pembelajaran, alat evaluasi, bahan
evaluasi, dan suasana.
Faktor tujuan pembelajaran sebagai penyebab kurang efektifnya
pembelajaran karena kurang tepatnya merumuskan tujuan yang relevan terhadap
materi yang dibahasa atau diajarkan serta tidak disesuaikan dengan waktu yang
tersedia dan tingkat kemampuan siswa.
Faktor guru sebagai penyebab rendahnya pembelajaran dapat
disebabkan antara lain faktor usia, kesehatan, ijazah, jenis kelamin, tempat
tinggal, motivasi dan mungkin juga faktor-faktor sosial ekonomi dan lain
sebagainya.
Faktor siswa sebagai penyebab rendahnya hasil pelajaran,
kemungkinan disebabkan antara lain kurangnya minat dan kemandirian belajar
siswa.
Faktor kegiatan pembelajarn sebagai penyebab rendahnya hasil
pembelajaran, dapat disebabkan antar lain karena tanpa perencanaan, kurang
tepatnya pemilihan metode dan penggunaan media.
Faktor alat evaluasi dan bahan evaluasi sebagai penyebab rendahnya
pembelajaran dan hasil pembelajaran, kemungkina dapat disebabkan antara lain
kurang adanya waktu bagi guru untuk membuat desain pembelajaran.
Faktor suasana (lingkungan) belajar sebagai penyebab rendahnya pembelajaran
dan hasil pembelajaran, dapat disebabkan antaralain lokasi sekolah yang
berdekatan dengan pasar, terminal, atau jalan raya yang bising dengan hilir
mudiknya kendaraan, sehingga kurang tenangnya suasana belajar.
Badudu dalam (Syamsi, 1999 : 2) berpendapat, bahwa rendahnya mutu
kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang
dianaktirikan. Pembelajaran menulis selama ini masih dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan tradisional, yang dapat menghambat siswa untuk belajar
secara aktif dan kreatif, karena guru mendominasi sebagian besar aktivitas
proses belajar mengajar dan siswa cenderung pasif. Siswa lebih berposisi
sebagai objek daripada sebagai subjek sehingga pembelajaran menggantungkan
sepenuhnya pada inisiatif guru yang dianggap sebagai sumber belajar.
Pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan tradisional akan
menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif. Untuk mengoptimlakan hasil
belajar, terutama bidang keterampilan menulis diperlukan pendekatan
pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas dan kreatifitas siswa. Adapun
upaya untuk meningkatkan kwalitas proses pembelajaran menulis seperti itu
adalah menggunakan pendekatan yang menekankan pentingnya proses belajar bagi
subjek didik, yakni pendekatan proses.
Pembelajaran menulis dengan pendekatan proses terdapat tahap-tahap
kegiatan menulis yang kesemuanya melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa.
Pada tahap awal, siswa diberi kesempatan memilih dan menentukan sendiri topik
yang benar-benar dikuasai permasalahanya untuk ditulis. Selanjutnya mereka
mengembangkan satu tulisan, merevisi isinya dan mengedit bahasanya sehingga
didapat hasil akhir. Dengan adanya kegiatan merevisi isi dan mengedit bahasanya
memungkinkan siswa untuk lebih inovatif karena siswa akan memperbaiki
tulisannya apabila ditemukan kesalahan.
Guna mendukung berhasilnya pembelajaran menulis dengan pendekatan
proses, guru harus memiliki keterampilan menggunakan media disamping
keterampilan- keterampilan yang lain seperti : keterampilan mengajar, mengelola
tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, dan mengalokasikan waktu. Menurut
Sadiman dkk (2008 : 11 – 12), proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluaran
atau media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan
yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam
kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku
dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya
adalah siswa atau juga guru.
Dalam proses belajar mengajar tentang kemampuan menulis, media
pembelajaran merupakan komponen dan sarana pembelajaran, yang mempunyai peranan
sangat besar dalam menunjang
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Bersama-sama dengan komponen dan
sarana pembelajaran lainnya, media pembelajaran dapat mempertinggi efektifitas
dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran, dan mutu pembelajaran dapat lebih
ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan pengertian media pendidikan yang
dikemukakan oleh Hamalik (1986 : 23), sebagai berikut : “yang dimaksud dengan
media pendidikan adalah alat, metode, teknik, yang digunakan dalam rangka untuk
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan murid dalam
proses pendidikan dan pengajaran”.
Banyak sekali macam dan jenis media serta sumber belajar yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar, baik yang secara sengaja diadakan,
disediakan, dan diprogramkan, amupun yang secara kebetulan dimanfaatkan dalam
membelajarkan anak untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu diantaranya adalah
pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran kemampuan menulis. Dengan
penggunaan media gambar dalam pembelajaran kemampuan menulis dimungkinkan akan
dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa secara optimal.
Keberhasilan belajar siswa dalam kemapuan menulis itu sendiri juga
dipengaruhi oleh ciri-ciri khas yang dimiliki oleh siswa yang belajar, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok. Salah satu ciri khas yang dimiliki
siswa adalah keadaan awal siswa. W. S. Winkel mengemukakan : “keadaan awal
siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar antara lain : taraf
intelegensi, daya kreatifitas, cara belajar, kecepatan belajar, kadar motivasi
belajar, tahap perkembangan, kemampuan berbahasa, sikap terhadap tugas belajar,
kebiasaan belajar, perasaan dalam belajar, minat belajar, kondisi mental”.
(1991 : 82).
Proses belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu, salah
satu upaya untuk meningkatkan perubahan tingkah laku tersebut adalah dengan
kemandirian belajar. Menurut Mudjiman : “belajar mandiri adalah belajar aktif ,
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna
mengatasi sesuatu masalah , dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi
yang telah dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara
pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar,
tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evalusi hasil belajar di
lakukan oleh pembelajar sendiri“. (2008:7).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa keadaan awal
siswa merupakan pendukung kemandirian belajar siswa. Jika keadaan awal siswa
tinggi, maka kemandirian belajar siswa juga akan tinggi. Jika kemandirian
belajar siswa tinggi, hasil belajar akan optimal. Namun jika keadaan awal siswa
rendah, maka kemandirian belajar siswa juga akan rendah. Jika kemandirian siswa
rendah, hasil belajar akan rendah pula.
Menurut Nuryoto (1993 : 48) ”individu yang memiliki kemandirian
kuat, akan mampu bertanggung jawab. Berani menghadapi masalah dan resiko dan
tidak terpengaruh atau tergantung kepada orang lain “.
Kemandirian belajar siswa sebaiknya mulai ditanamkan sejak dini
yaitu sejak anak- anak masih duduk dikelas dua sekolah dasar (pada lembaga
pendidikan formal). Karena, menurut
Haris Mujiman (2008:V),”lembaga pendidikan formal merupakan tempat yang tepat
untuk memberikan pembekalan kemampuan belajar mandiri kepada siswa. Kemampuan ini
diperlukan untuk menjalankan kegiatan belajar sepanjang hidup, selepas mereka
dari masa pendidikan formalnya “.
Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut, mahasiswa bermaksud
mencarikan solusinya.
No comments:
Post a Comment