Tuesday, September 22, 2015

JURNAL PENDIDIKAN

METODOLOGI PENELITIAN
DOSEN : M. THOHA BS. JAYA



Oleh :
ISWANTO
NPM : 1523053012



S2 MKSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(FKIP)
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2015

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kemampuan menulis sangat fungsional bagi pembangunandiri siswa dalam bermasyarakat dan bernegara terutama untuk keperluan melajutkan studi maupun untuk keperluan mencari pekerjaan. Kemampuan menulis dapat mendorong siswa untuk menemukan  suatu topik dan mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang diperlukan untuk kehidupan mereka. Melalui kegiatan menulis terbentuk suatu proses berfikir dan berkreasi yang berperan dalam mengolah gagasan serta menjadi alat untuk menuangkan/menyampaikan gagasan.
Pembelajaran menulis untuk siswa sekolah darsar dititikberatkan pada keterampilan mengungkapkan perasaan secara tertulis, menuliskan informasi sesuai dengan konteks dan situasi, meningkatkan kegemaran menulis, serta meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Di atas telah disebutkan bahwa menulis merupakan kegiatan untuk menuangkan gagasan. Gagasan yang dituangkan dalam kegiatan menulis harus logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Dalam menuangkan gagasan tersebut diperlukan bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak latihan serta praktik. Menurut Dawson dalam (Tarigan,1985:1) salah satu bentuk praktik dan latihan untuk memperoleh penguasaan menulis, sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran.
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan dasar yang amat diperlukan baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Disekolah, kemampuan menulis diperlukan untuk kegiatan, menyalin, dan membuat karya tulis pada semua mata pelajaran mulai tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Di dlalam kehidupan sehari-hari kemampuan menulis bermanfaat pada semua bidang kehidupan/pekerjaan, misalnya surat menyurat baik pribadi maupun dinas, mengisi formulir, menyusun makalah, membuat catatan-catatan untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Kemampuan menulis memegang peran penting dalam kehidupan. Oleh karena itu kemampuan tersebut sebaiknya dimiliki sejak dini. Secara resmi kemampuan menulis diperoleh di bangku sekolah melalui pembelajaran Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1991 : 1). Dengan demikian anak yang telah lulus dari sekolah dasar diharapkan telah memiliki kemampuan menulis yang baik untuk keperluan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk keperluan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Rusyana (1987 : 104) mengatakan bahwa pembelajaran menulis permulaan sangat penting diajarkan di sekolah dasar agar anak-anak dapat terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran tersebut merupakan dasar menulis yang dapat menentukan murid sekolah dasar dalam menulis lanjut pada kelas berikutnya. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajarpada masa selanjutnya.
Pentingnya pembelajaran menulis tidak hanya karena pembelajaran menulis disekolah dasar merupakan pondasi bagi perkembangan pendidikan pada setiap siswa, tetapi juga karena setiap siswa harus dibekali dengan kemampuan untuk menyampaikan ide dan pikirannya secara tertulis atau menulis kepada pihak lain yang merupakan syarat mutlak seseorang dalam mengikuti pendidikan.
Hasil penemuan dilapangan tentang kemampuan menulis mereka belum optimal. Mereka belum mampu mengekspresikan gagasannya melalui lisan maupun tulisan secara optimal. Didalam mengerjakan tugas, siswa masih nampak ragu-ragu seperti ada rasa takut saat akan mengutarakan atau menuliskan gagasannya. Disamping itu juga ditemukan kegiatan belajar di sekolah tampak begitu monoton dan membosankan. Secara umum yang sering terlihat adalah murid datang ke sekolah mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran, mencatat materi pelajaran, mengerjakan tugas atau mengerjakan latihan-latihan soal, dan pulang. Saat ini semakin jarng guru-guru yang mau memberi kesempatan muridnya untuk mengembangkan kemampuan menulisnya, misalnya dengan cara memberika tugas mengarang atau tugas mengungkapkan gagasannya melalui menulis.
Dengan kata lain, kenyataan di lapangan diketahui bahwa pembelajaran menulis kurang mendapatkan perhatian sewajarnya. Pelly dan Efend dalam (Syamsi, 1999 : 1) mengatakan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang dahulu merupakan pembelajaran dan latihan pokok, saat ini kurang mendapatkan perhatian baik dari siswa maupun guru. Pembelajaran menulis tidak ditangani sebagaimana mestinya, guru dan siswa biasanya lebih memfokuskan kegiatan pelajaran ada materi teoritik yang mengarah pada keberhasilan siswa dalam pencapaian nilai ujian. Hal ini menyebabkan  keterampilan menulis para siswa tidak memadai, sehingga mengakibatkan rendahnya mutu kemampuan menulis.
Disamping itu ada beberapa penyebab yang lain diantaranya adalah kurangnya persiapan guru, rumusan tujuan yang kurang tepat, kecenderungan verbalisme, ketidak siapan siswa, kurang minat dan ketidak gairahan siswa, lingkunganbelajar, dan susunan belajar. Menurut Sanjaya (2008 : 52), “terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses siswa belajar, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan”. Djamarah dan Zain (1995 : 123) mengemukakan, bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran antara lain : tujuan pembelajaran, guru, siswa, kegiatan pembelajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana.
Faktor tujuan pembelajaran sebagai penyebab kurang efektifnya pembelajaran karena kurang tepatnya merumuskan tujuan yang relevan terhadap materi yang dibahasa atau diajarkan serta tidak disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan tingkat kemampuan siswa.
Faktor guru sebagai penyebab rendahnya pembelajaran dapat disebabkan antara lain faktor usia, kesehatan, ijazah, jenis kelamin, tempat tinggal, motivasi dan mungkin juga faktor-faktor sosial ekonomi dan lain sebagainya.
Faktor siswa sebagai penyebab rendahnya hasil pelajaran, kemungkinan disebabkan antara lain kurangnya minat dan kemandirian belajar siswa.
Faktor kegiatan pembelajarn sebagai penyebab rendahnya hasil pembelajaran, dapat disebabkan antar lain karena tanpa perencanaan, kurang tepatnya pemilihan metode dan penggunaan media.
Faktor alat evaluasi dan bahan evaluasi sebagai penyebab rendahnya pembelajaran dan hasil pembelajaran, kemungkina dapat disebabkan antara lain kurang adanya waktu bagi guru untuk membuat desain pembelajaran.
Faktor suasana (lingkungan) belajar sebagai penyebab rendahnya pembelajaran dan hasil pembelajaran, dapat disebabkan antaralain lokasi sekolah yang berdekatan dengan pasar, terminal, atau jalan raya yang bising dengan hilir mudiknya kendaraan, sehingga kurang tenangnya suasana belajar.
Badudu dalam (Syamsi, 1999 : 2) berpendapat, bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan. Pembelajaran menulis selama ini masih dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan tradisional, yang dapat menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif, karena guru mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar mengajar dan siswa cenderung pasif. Siswa lebih berposisi sebagai objek daripada sebagai subjek sehingga pembelajaran menggantungkan sepenuhnya pada inisiatif guru yang dianggap sebagai sumber belajar.
Pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan tradisional akan menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif. Untuk mengoptimlakan hasil belajar, terutama bidang keterampilan menulis diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas dan kreatifitas siswa. Adapun upaya untuk meningkatkan kwalitas proses pembelajaran menulis seperti itu adalah menggunakan pendekatan yang menekankan pentingnya proses belajar bagi subjek didik, yakni pendekatan proses.
Pembelajaran menulis dengan pendekatan proses terdapat tahap-tahap kegiatan menulis yang kesemuanya melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Pada tahap awal, siswa diberi kesempatan memilih dan menentukan sendiri topik yang benar-benar dikuasai permasalahanya untuk ditulis. Selanjutnya mereka mengembangkan satu tulisan, merevisi isinya dan mengedit bahasanya sehingga didapat hasil akhir. Dengan adanya kegiatan merevisi isi dan mengedit bahasanya memungkinkan siswa untuk lebih inovatif karena siswa akan memperbaiki tulisannya apabila ditemukan kesalahan.
Guna mendukung berhasilnya pembelajaran menulis dengan pendekatan proses, guru harus memiliki keterampilan menggunakan media disamping keterampilan- keterampilan yang lain seperti : keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, dan mengalokasikan waktu. Menurut Sadiman dkk (2008 : 11 – 12), proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluaran atau media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Dalam proses belajar mengajar tentang kemampuan menulis, media pembelajaran merupakan komponen dan sarana pembelajaran, yang mempunyai peranan sangat besar dalam menunjang  keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Bersama-sama dengan komponen dan sarana pembelajaran lainnya, media pembelajaran dapat mempertinggi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran, dan mutu pembelajaran dapat lebih ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan pengertian media pendidikan yang dikemukakan oleh Hamalik (1986 : 23), sebagai berikut : “yang dimaksud dengan media pendidikan adalah alat, metode, teknik, yang digunakan dalam rangka untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan murid dalam proses pendidikan  dan pengajaran”.
Banyak sekali macam dan jenis media serta sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, baik yang secara sengaja diadakan, disediakan, dan diprogramkan, amupun yang secara kebetulan dimanfaatkan dalam membelajarkan anak untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu diantaranya adalah pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran kemampuan menulis. Dengan penggunaan media gambar dalam pembelajaran kemampuan menulis dimungkinkan akan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa secara optimal.
Keberhasilan belajar siswa dalam kemapuan menulis itu sendiri juga dipengaruhi oleh ciri-ciri khas yang dimiliki oleh siswa yang belajar, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Salah satu ciri khas yang dimiliki siswa adalah keadaan awal siswa. W. S. Winkel mengemukakan : “keadaan awal siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar antara lain : taraf intelegensi, daya kreatifitas, cara belajar, kecepatan belajar, kadar motivasi belajar, tahap perkembangan, kemampuan berbahasa, sikap terhadap tugas belajar, kebiasaan belajar, perasaan dalam belajar, minat belajar, kondisi mental”. (1991 : 82).
Proses belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu, salah satu upaya untuk meningkatkan perubahan tingkah laku tersebut adalah dengan kemandirian belajar. Menurut Mudjiman : “belajar mandiri adalah belajar aktif , yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah , dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evalusi hasil belajar di lakukan oleh pembelajar sendiri“. (2008:7).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa keadaan awal siswa merupakan pendukung kemandirian belajar siswa. Jika keadaan awal siswa tinggi, maka kemandirian belajar siswa juga akan tinggi. Jika kemandirian belajar siswa tinggi, hasil belajar akan optimal. Namun jika keadaan awal siswa rendah, maka kemandirian belajar siswa juga akan rendah. Jika kemandirian siswa rendah, hasil belajar akan rendah pula.
Menurut Nuryoto (1993 : 48) ”individu yang memiliki kemandirian kuat, akan mampu bertanggung jawab. Berani menghadapi masalah dan resiko dan tidak terpengaruh atau tergantung kepada orang lain “.
Kemandirian belajar siswa sebaiknya mulai ditanamkan sejak dini yaitu sejak anak- anak masih duduk dikelas dua sekolah dasar (pada lembaga pendidikan formal). Karena,  menurut Haris Mujiman (2008:V),”lembaga pendidikan formal merupakan tempat yang tepat untuk memberikan pembekalan kemampuan belajar mandiri kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan untuk menjalankan kegiatan belajar sepanjang hidup, selepas mereka dari masa pendidikan formalnya “.
Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut, mahasiswa bermaksud mencarikan solusinya.



No comments:

Post a Comment