TUGAS MANDIRI
MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN
SKS : 2 SKS
KODE : UNI814102
PROGRAM STUDI : Magister Keguruan Guru SD
DOSEN PENGAMPU :
DR. M. Thoha B.Sampurna Jaya,M.S
I S W A N T O
NPM.
1523053012
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN
2015
PROPOSAL
PENELITIAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim,
Alhamdulillahirobbil’alamin, asyhadu anllaailahaillalloh wa asyhadu anna muhammadan rosululloh sholallohu
‘alaihi wassalam wa ‘ala alihi wa ashhabihi ajma’in amma ba’du,
Penelitian
dalam proses pembelajaran adalah salah satu sarana untuk mengevaluasi proses
pembelajaran dan mencari metode yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Metode yang tepat dalam proses pembelajaran akan
menjadikan proses pembelajaran berkualitas. Proses pembelajaran yang
berkualitas menjadikan pembelajaran lebih bermakana bagi peserta pembelajaran.
Hal inilah yang menjadikan penelitian proses pembelajaran semakin penting dalam
dunia pendidikan. Peran penelitian bahkan menyangkut kelangsungan dari
keberhasilan pendidikan.
Berbagai
penelitian sudah dilakukan oleh para peneliti. Hasil penelitian yang relevansi
sudah banyak dijadikan acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berbagai
terapan hasil penelitian di dunia pendidikan telah menjadikan banyak
keberhasilan. Kegiatan penelitian sengaja peneliti rancang dalam rangka ikut
serta mencari berbagai solusi dalam perkembangan pada dunia pendidikan, dan
sebagai memenuhi tugas mata kuliah METODE PENELIAN pada MKGSD. Rancangan
penelitian ini peneliti susun dalam bentuk proposal penelitian.
Peneliti menyadari bahwa
susunan proposal penelitian ini jauh dari sempurna. Ketidak sempurnaan itu
karena dangkalnya pengetahuan dan kurangnya kemampuan penyusun proposal
penelitian ini. Oleh sebab itu kritik dan saran para pembaca budiman terutama
Dr. M. THOHA B. SAMPOERNA JAYA, MS. sangat penyusun harapkan demi sempurnanya
susunan proposal dan lebih baiknya pelaksanaan penelitian. Selanjutnya
dengan setulus
hati peneliti mengucapan terima
kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu
hingga selesainya tugas penyusunan proposal ini.
1.
Dr. M. THOHA B. SAMPOERNA JAYA, MS. dosen
pembimbing mata kuliah METODE PENELITIAN,
dan
2.
Rekan-rekan kuliah
serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Bandar Lampung, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................. 6
1.3 Perumusan Masalah Dan Permasalahan............................................................... 6
1.4 Pembatasan Masalah............................................................................................ 7
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................................. 7
1.6 Kegunaan Dan Manfaat Penelitian...................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KEPUSTAKAAN
2.1 Kajian/ Landasan Teori........................................................................................ 9
2.1.1 Modul Pembelajaran................................................................................ 9
2.1.2 Metode Pembelajaran Inkuiri.................................................................. 12
2.1.3 Aktivitas Belajar...................................................................................... 16
2.1.4 Hasil Belajar............................................................................................ 19
2.2 Kerangka Pikir..................................................................................................... 20
2.3 Hipotesis.............................................................................................................. 21
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Wilayah Penelitian............................................................................................... 22
3.2 Populasi, Sampel dan Tenik Sampling................................................................. 22
3.2.1 Populasi................................................................................................... 22
3.2.2
Sampel..................................................................................................... 23
3.3.3
Teknik Sampling...................................................................................... 23
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN I Rajabasa Raya........................... 5
Tabel 2. Siswa kelas VI SDN I Rajabasa Raya Tahun Pelajaran 2015/2016............ 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian......................................................................... 21
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia sedang diuji
kredibilitasnya. Pendidikan indonesia dianggap gagal oleh kalangan yang tidak
puas dengan output pendidikan di Indonesia, ini terkait dengan isu negatif yang
menyeruak dari fenomena pelajar di Indonesia. Tindak kekerasan, tawuran,
pelecehan seksual dikalangan pelajar sering mewarnai media elektonika dalam
tayangan berita aktual. Tentu ini membuat banyak pihak terperanjat. Tidak hanya
orang tua, para guru dan masyarakat secara umum tercengang melihat kenyataan
ini. Pertanyaan muncul, selama ini dididik bagaimana sih, siswa-siswi itu?. Mana
hasil didikan sekolah selama ini?. Namun ada pertanyaan kaitan ini, apakah
segala masalah yang timbul itu hasil pendidikan?, sulit untuk merumuskan
jawaban yang pasti. Tapi yang jelas, dewasa ini pendidikan ditunggu-tunggu dan
sangat diharapkan menjadi solusi dari beberapa masalah yang dihadapi bangsa ini.
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undangdasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman (UU no. 20 tentang Sisdiknas, pasal : 1, ayat : 1-2).
Pendidikan saat ini semakin menjadi kebutuhan yang vital bagi kemajuan bangsa
dan harus secara fokus baik pemikiran ataupun tindak lanjut dan pelaksanaannya.
Tidak mungkin pendidikan dilakukan hanya setengah-setengah, hasilnya tidak akan
memuaskan, dalam pengelolaan pendidikan harus serius, fokus dan terencana
dengan baik yang menyangkut segala aspek pendidikan secara menyeluruh.
Kurikulum yang berganti dan
berubah merupakan perkembangan dari kurikulum itu sendiri untuk dapat
menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman dan perkembangan kehidupan
manusia. Zaman berkembang, keadaan berubah, tutuntan hidup juga berubah tidak
mungkin dihadapi dengan cara-cara lama yang sudah tidak sesuai. Perubahan
kurikulum juga menuntut perubahan sikap yang berkaitan dengan pola pikir
(maindset) dan pola yang juga harus menyesuaikan sebagai tindak lanjut dari
perkembangn kurikulum itu. Menyikapi tuntutan perubahan harus dengan menyeluruh
dan bersama-sama maksudnya semua yang terkait dilibatkan, meskipun untuk
memulainya secara bertahap karena keadaan.
Kurikulum 2013 digagas untuk memenuhi
tuntutan agar hasil pendidikan memenuhi standart dan tidak ketinggalan zaman. Namun, pelaksanaan
kurikulum 2013 harus menghadapi berbagai kendala dan berbagai persoalan baik di
tingkat pusat maupun di lapangan. Sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya
terpenuhi, pelaksana lapangan (guru) yang belum sepenuhnya memahami konsep
kurikulum membutuhkan konsentrasi tersendiri dalam upaya pemenuhannya. Belum
lagi tidak tersedianya sarana pendukung seperti ketersediaan buku guru dan buku
siswa, ini semakin menambah kompeks persoalan. Dalam hal ini semua pihak
terkait dalam dunia pendidikan harus ambil peduli pada bidangnya masing-masing,
apatis terhadap persoalan pendidikan hanya akan semakin memperburuk keadaan
pendidikan di indonesia.
Implementasi kurikulum 2013 adalah
pada kegiatan belajar di setiap unit kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang
langsung dikelola oleh guru. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen pembelajaran memegang peran
penting dan sebagai penaggungjawab terlaksananya proses pembelajaran. Guru berkewajiban atas bagaimana pembelajaran
dirancang, bagaimana prosesnya, dan tujuan apa yang ingin dicapai. Untuk itu
guru harus diberi dukungan maksimal tidak saja dalam hal peningkatan kopetensi
tapi juga dukungan dari segi sarana dan prasarana dalam pengelolaan proses
pembelajaran yang langsung dihadapi.
Pada
pra observasi, kebanyakan guru masih menggunakan cara-cara lama dalam
pembelajaran meskipun kurikulum baru menuntut perubahan. Guru belum terbiasa
dengan cara-cara baru yang menjadi karakter dari kurikulum yang baru. Meskipun
pada kurikulum baru tidak semua cara lama ditinggalkan, akan tetapi cara-cara
baru yang dipandang sesuai dengan tuntutan ini harus banyak dikuasai guru.
Untuk itu, guru harus dibantu dalam melakukan perubahan yang dituntut oleh
kurikulum, sehingga perubahan itu benar-benar dimulai dan diwujudkan.
Siswa
sebagai subjek pembelajaran, ikut menentukan hasil pembelajaran. Hasil
pembelajaran adalah adanya perubahan kognitif, afektif, atau psikomotorik yang
searah dengan tujuan pembelajaran. Siswa tidak boleh dibiarkan pasif apalagi
apatis dalam proses pembelajaran. Peran aktif siswa sangat besar pengaruhnya
terhadap hasil belajar, harus diupayakan semaksimal mungkin dan diberdayakan
seoptimal mungkin. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran akan semakin
meningkatkan hasil belajar.
Pada
pra observasi, peneliti melihat sebagian besar siswa belum tampak kecakapannya
dalam menerapkan capaian yang didapat
dari proses pembelajaran. Sebagai contoh;
1.
Setelah guru menerangkan materi, guru memberi
waktu siswa untuk mengajukkan pertanyaan berkaitan materi, sering kali tak
satupun siswa bertanya. Dari sini ada dua kemungkinan yaitu, (1) mungkin siswa
sudah benar-benar faham, atau (2) mungkin siswa tidak faham sama sekali
sehingga untuk melontarkan pertanyaan pun tidak mampu.
2.
Selanjutnya, guru meminta salah seorang siswa
menjelaskan kembali materi yang telah diterangkan guru. Tak satu pun siswa yang
berani maju untuk menerangkan. Dari sini kemungkinan kedua terlihat lebih nyata
dari pada kemungkinan pertama.
3.
Selanjutnya, guru meminta siswa mengerjakan soal
latihan untuk mengukur kemampuan siswa sesuai materi, dengan soal yang telah
dianalisis tingkat kemudahan dan kesulitannya. Hasilnya, sebagian besar siswa
tidak mampu menyelesaikan soal latihan. Kalaupun selesai, hasilnya tidak sesuai
dengan harapan.
Keadaan
nyata kurang optimalnya aktivitas belajar siswa biasanya berpengaruh pada
kemampuan siswa. Antara lain kemampuan siswa memahami konsep dari materi
pembelajaran. Pengaruh aktivitas dan hasil belajar tergambar pada tabel hasil
belajar siswa berikut.
Tabel 1. Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN I Rajabasa Raya
(Kreteria Ketuntasan Minimum = 70)
Nilai Siswa
|
Jumlah
siswa
|
Persentase
(%)
|
<
70
|
26
|
65
|
≥70
|
14
|
35
|
Jumlah
|
40
|
100
|
Sumber : Daftar Nilai Ulangan Harian Guru Kelas VI C
Tahun Pelajaran 2014/2015
Pada
tabel tersebut terlihat bahwa dari 40 siswa yang ada hanya 35 % siswa yang nilainya
mencapai KKM, selebihnya yaitu 65 % siswa nilainya belum mencapai KKM. Fakta tersebut sungguh tidak
menggembirakan, apalagi mata pelajaran IPA
termasuk salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional (UN). Meskipun nilai ulangan harian
dalam bentuk tes soal ini bukan merupakan keseluruan dari aspek penilaian, akan
tetapi setidaknya menjadi gambaran dari hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Data nilai ini setidaknya dapat menjadi ukuran sebarapa banyak konsep
pembelajaran yang diserap oleh siswa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
Modul
yang dirancang secara khusus untuk mengarahkan proses pembelajaran melibatkan
peran aktif siswa diharapkan menjadi solusi sebagian masalah dari sekian banyaknya
masalah pembelajaran. Modul yang dirancang secara khusus diharapkan mampu
mengkondisikan siswa lebih terlibat dalam pembelajaran, mendorong keberanian
siswa mengungkapkan buah pemikirannya dengan mencermati dan mengikuti langkah-langkah
pada modul sebagai pemandu proses pembelajaran, selain itu juga menjadikan
siswa berfikir kritis analitis sehingga tiga aspek yang menjadi sasasaran
proses pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai.
1.2. Identifikasi
Masalah
Ada beberapa masalah yang peneliti temui dalam
pra observasi proses pembelajaran di SDN I Rajabasa Raya
sehingga dapat dicatat, antara lain:
1)
Guru belum menggunakan media belajar yang kompetitif.
2)
Pembelajaran dilaksanakan secara konvensional dimana guru sebagai sentral
pembelajaran.
3)
Hasil belajar sebagian besar siswa rendah.
4)
Semangat belajar siswa kurang optimal.
5)
Tidak semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
6)
Siswa tidak terlatih berinteraksi sesama siswa dalam pembelajaran.
7)
Siswa lebih sebagai objek dari pada subjek pembelajaran.
8)
Siswa kurang difungsikan sebagai penentu hasil pembelajaran.
1.3. Perumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan identifikasi di atas,
peneliti merumuskan masalah dalam hal ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil
belajar siswa. Dari rumusan masalah ini maka permasalahan penelitian adalah
:
1)
Bagaimana mengelola pembelajaran yang efektif menggunakan modul
pembelajaran dengan metode inkuiri ?.
2)
Bagaiman membuat siswa banyak terlibat dalam pembelajaran mengikuti panduan
modul pembelajaran dengan metode inkuiri?.
3)
Bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran yang dipandu menggunakan arahan pada modul pembelajaran dengan
metode inkuiri itu?.
1.4. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan berbagai hal, peneliti menfokuskan penelitian ini pada masalah :
1)
Bagaimana efektivitas modul pembelajaran dengan
metode inkuiri pada proses belajar?.
2)
Bagaimana modul pembelajaran dengan metode
inkuiri meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar?.
3)
Bagaimana modul pembelajaran dengan metode
inkuiri meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa?.
Dengan
demikian judul penelitian ini adalah :
“Pengembangan modul pembelajaran dengan metode inkuiri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN I
Rajabasa Raya”.
1.5. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah dan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan
untuk :
1)
Membuktikan bahwa modul pembelajaran
dengan metode inkuiri dapat memandu pembelajaran menjadi efektif.
2)
Membuktikan bahwa modul pembelajaran pembelajaran dengan metode inkuiri menjadikan siswa lebih banyak
terlibat dalam proses pembelajaran.
3)
Membuktikan bahwa pembelajaran mengikuti panduan modul pembelajarn pembelajaran dengan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
1.6.
Kegunaan dan Manfaat Penelitian
1.
Bagi Sekolah
a.
Meningkatkan mutu proses
pembelajaran di SDN 1 Rajabasa Raya.
b.
Meningkatkan mutu lulusan SDN 1 Rajabasa Raya.
c.
Menjadi salah satu media pembelajaran dari media-media yang ada sebelumnya.
2.
Bagi Guru
a.
Memperbaiki
pengelolaan pembelajaran.
b.
Sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam menentukan pilihan media
pembelajaran.
c.
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru terhadap suatu media
pembelajaran.
d.
Menjadi solusi bagi guru dalam upaya meningkatkan pemahaman
konsep pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar siswa.
3.
Bagi
Peserta didik
a.
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
b.
Memberikan pengetahuan baru kepada peserta
didik bagaimana cara belajar yang lebih baik.
c.
Menjadi alternatif yang dapat dipilih untuk proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN
KEPUSTAKAAN
2.1.
Kajian/ Landasan Teori
2.1.1.
Modul Pembelajaran
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk
dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul
disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi
petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan
belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat
kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia
seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan
pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut
bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu
kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul
ini.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang
berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang
secara sis- tematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan
menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
1.
Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta
belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
Untuk memenuhi karakter self
instructional, maka dalam modul harus;
a.
berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
b.
berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam
unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
c.
menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pema- paran materi pembelajaran;
d.
menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya;
e.
kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait
dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
f.
menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g.
terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h.
terdapat instrumen penilaian/assessment, yang
memungkinkan peng- gunaan diklat melakukan ‘self
assessment’;
i.
terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya
mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
j.
terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya
menge- tahui tingkat penguasaan materi;
dan
k.
tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi
yang mendu- kung materi pembelajaran dimaksud.
2.
Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul
secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar
mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam
satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi
dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan
keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
3.
Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan
harus menggunakan media yang lain untuk mempe- lajari dan atau mengerjakan
tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media
lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan
sebagai media yang berdiri sendiri.
4.
Adaptive; modul
hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan
percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia
hendaknya tetap “up to date”. Modul
yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan
kurun waktu tertentu.
5.
User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap
instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat
dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai
dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta
menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
Tujuan penyusunan modul salah satunya adalah untuk
menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik materi ajar dan
karakteristik peserta didik serta setting atau latar belakang lingkungan sosialnya. Modul memiliki berbagai manfaat
baik ditinjau dari kepentingan peserta didik maupun dari kepentingan guru.
Bagi peserta didik modul bermanfaat antaralain ; (1) peserta didik memiliki
kesempatan melatih diri belajar secara mandiri, (2) belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari diluar kelas
dan diluar jam pembelajaran, (3) berkesempatan mengekspresikan
cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (4) berkesempatan
menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam
modul, (5) mampu membelajarkan diri sendiri, (6) mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar
lainnya bagi guru. Penyusunan modul
bermanfaat karena ; (1) mengurangi
ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks, (2) memperluas wawasan karena
disusun dengan menggunakan berbagai referensi, (3) menambah khasanah pengetahuan
dan pengalaman dalam menulis bahan ajar, (4) membangun
komunikasi yang efektif antara dirinya
dengan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan
secara tatap muka, (5) menambah angka kredit
jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
2.1.2
Metode pembelajaran inkuiri
Inkuiri
berasal dari kata “inquire” yang artinya mencari atau mempertanyakan. Model
pendekatan inkuiri telah diperkenalkan sejak tahun 1970 sebagai suatu metode.
Di Indonesia inkuiri sering dipasangkan dengan metode penemuan (discovery),
khususnya dalam pembelajaran sekitar tahun 1980. Inkuiri kemudian dikenal
sebagai pendekatan seperti pendekatan konsep, pendekatan tujuan, pendekatan
lingkungan sekitar Tahun 1990, juga ada yang memperkenalkan sebagai salah satu
model mengajar dari rumpun pemprosesan informasi sejak tahun 1980.
Melakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode
inkuiri berarti mendorong membelajarkan siswa untuk menggunakan prosedur yang
digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan,
mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg,
membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman.
Jenis-jenis metode pembelajaran
Inkuiri:
1. Inkuiri Terbimbing
Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri
terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk
seperlunya dari seorang guru. Petunjuk- petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing (Wartono 1999). Selain
pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan- penjelasan
seperlunya pada saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan
tentang cara-cara melakukan percobaan. Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa
yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap
permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu
dikurangi seperti yang dikemukakan oleh (Hudoyono 1979) bahwa dalam usaha
menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan pertolongan
guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan
kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperlukan.
2.
Inkuiri
Bebas
Metode ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan
inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang
ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
3.
Inkuiri Bebas Modifikasi
Metode ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua
strategi inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan atau mempedomi anacuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
metode ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki
secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan metode ini menerima masalah
dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan
yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Sasaran dari
pendekatan inkuiri adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin
intelektual yang diperlukan dalam meneliti data, memproses serta menerapkan
logika padanya. Pendekatan Inkuiri
memiliki karakteristik :
1.
Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu
kepada generalisasi.
2.
Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses objek
tertentu sampai generalisasi objek tersebut.
3.
Guru sebagai pengontrol data, materi, dan sebagai
pemimpin dalam kelas.
4.
Siswa memeberikan reaksi terhadap data, materi ,objek,
untuk menemukan pola hubungan berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan
pengamatan lain dalam kelas.
5.
Kelas dianggap sebagai laboraturium.
6.
Generalisasi biasanya tercipta dari siswa.
7.
Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi
yang didapat siswa.
Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah
dialami. Inkuiri menuntut siswa
berpikir yang melibatkan mereka dalam kegiatan
intelektual untuk memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna
dalam kehidupan nyata, dengan metode ini peserta didik dibiasakan untuk
produktif, analistis, dan kritis.
Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri ( Mulyasa
2005:236 )
1.
Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan
terhadap materi yang akan diajarkan.
2.
Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab
pertanyaan yang jawabanya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami
siswa.
3.
Memberi penjelasan terhadap persoalan yang membingungkan
siswa, menggunakan berbagai tahapan berupa : Penarikan hipotesa, melakukan
percobaan/eksperimen, yang diakukan oleh kelompok dalam kelas, menganalisa data
hingga menarik sebuah kesimpulan.
4.
Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah
dipelajari.
5.
Merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
6.
Melakukan Evaluasi terhadap kegiatan yang telah
dilakukan.
2.1.3
Aktivitas Belajar
Proses
pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang memungkinkan siswa untuk mecoba
dan melakukan sesuatu. Siswa diberi kesempatan untuk berbuat dan berpikir
sesuai dengan inspirasinya sendiri karena pada dasarnya pengetahuan bersifat
subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap Subjek belajar. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hamalik (2010:171) yang menyatakan bahwa “Pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri”.
Dalam
proses pembelajaran siswa tidak hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau
informasi. Siswa berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus
mendorong aktivitas siswa. Aktivitas yang dimaksud tidak terbatas pada
aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas bersifat psikis seperti
aktivitas mental. Sebagaimana dikemukakan Joni dalam (Sanjaya, 2009:136)
“Belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan
tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap
peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa
melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan,
tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan
(motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai
dalam pembentukan sikap”.
Dengan
demikian aktivitas siswa adalah aktivitas yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang mendorong tercapainya tujuan pembelajaran.
Aktivitas tersebut tidak terbatas pada aktivitas fisik akan tetapi juga
meliputi aktivitas bersifat psikis seperti aktivitas mental. Proses pembelajaran harus
menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar
berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang dari berbagai aktivitas
siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran. Dierich dalam (Hamalik,
2010:172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu:
1)
Kegiatan-kegiatan
visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
2)
Kegiatan-kegiatan
lisan
Mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi
3)
Kegiatan-kegiatan
mendengarkan
Mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan, mendengarkan radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita,menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan
mengisi angket.
5)
Kegiatan-kegiatan
menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart,
diagram peta dan pola.
6)
Kegiatan-kegiatan
metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran membuat model, menyelenggarakan permaianan, menari dan
berkebun.
7)
Kegiatan-kegiatan
mental
Merenungkan,,mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8)
Kegiatan-kegiatan
emosional
Minat,membedakan, berani, tenang dan
lain-lain.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas siswa seperti
diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
sangat bervariasi. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam penelitian ini, antara
lain:
1)
Tanya
jawab antara siswa dengan guru
2)
Mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru
3)
Mengerjakan
tugas-tugas dari guru
4)
Bekerjasama
dengan siswa lain
5)
Berlatih
melakukan keterampilan proses (pengamatan, merumuskan masalah, dan merumuskan
hipotesis)
6)
Menyajikan
hasil percobaan
7)
Menyimpulkan
hasil pengamatan/ percobaan
8)
Perilaku
yang tidak relevan
2.1.4
Hasil Belajar
Menurut
Hamalik (2005:155) “Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan”. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:3) “Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar”.
Tujuan pembelajaran pada dasarnya
merupakan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh
pengalaman belajar. Kemampuan-kemampuan belajar
mencakup aspek (1) Penguasaan materi atau kognitif, (2) Sikap atau afektif,
(3) Aplikasi produktif dan keterampilan (psikomotor). Penguasaan
kemampuan tersebut tidak lain adalah hasil belajar yang diinginkan (intended
learning outcome). Dalam pelaksanaan pembelajaran sebenarnya ketiga aspek
tersebut tidak dapat berdiri sendiri.
Ada
beberapa indikator yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003:54) di
antaranya:
1)
Faktor
internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang sedang
belajar, meliputi tiga faktor yaitu faktor jasmani, faktor psikologis dan
faktor kelelahan.
2)
Faktor
eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang sedang
belajar, meliputi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
Selanjutnya Haditono dalam (Dimyati
dan Mudjiono, 2006:246) juga berpendapat bahwa banyak siswa memperoleh angka
hasil belajar yang rendah. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1)
Kurangnya
fasilitas belajar disekolah dan rumah diberbagai pelosok
2)
Siswa
makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal
3)
Kurangnya
dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak memahami apa yang
dipelajari oleh anaknya disekolah
4)
Keadaan
gizi yang rendah, sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik.
Dari pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu
belajar, juga merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan sesuatu
yang telah diperoleh siswa atau seseorang setelah ia mengalami proses belajar
yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
setelah mengikuti evaluasi dari proses yang sudah dilakukan
2.2
Kerangka Pikir Penelitian
Kegiatan
pembelajaran kelas
VI SDN I Rajabasa Raya umumnya berpusat pada guru.
Siswa kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga aktifitas
dan hasil belajar siswa rendah. Guru dapat menggunakan Metode inkuri yang
dapat membuat siswa aktif berpikir secara sistematis dan empiris,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data yang menekankan kepada penyelesaian
masalah. Siswa diharapkan dapat mengkonstruksi sendiri konsep-konsep dari materi pembelajaran.
Siswa akan menjadikan konsep-konsep materi
pembelajaran
menjadi pengetahuan yang bermakna dan tidak mudah dilupakan sehingga
aktivitas dan hasil belajar siswa akan
meningkat. Kerangka pikir dari penelitian ini dapat terlihat dalam bagan di
bawah ini:
MODUL
|
METODE INKUIRI
|
Aktivitas belajar siswa meningkat
|
Hasil belajar siswa meningkat
|
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
2.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis
dalam penelitian ini adalah jika modul
dengan metode inkuiri diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai petunjuk maka akan meningkatkan aktivitas
belajar siswa, dan jika aktivitas
belajar siswa meningkat maka hasil belajar
siswa juga meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Wilayah penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN I Rajabasa Raya Kecamatan
Rajabasa Kota Bandar lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
3.2
Populasi, Sampel
dan
Tenik
Sampling
3.2.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia,
peristiwa atau hal-hal yang merupakan variable yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah atau membatu memecahkan masalah atau menunjang keberhasilan penelitian.
Berdasarkan pengertian tersebut yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Rajabasa Raya Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 123 siswa.
Berikut ini adalah tabel jumlah seluruh siswa kelas
VI SDN 1 Rajabasa Raya Tahun Pelajaran 2015/2016.
Tabel 2. Siswa kelas VI SDN I Rajabasa Raya Tahun Pelajaran 2015/2016
No
|
Kelas
|
Siswa
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
VI A
|
21
|
20
|
41
|
2
|
VI B
|
21
|
21
|
42
|
3
|
VI C
|
20
|
20
|
40
|
Jumlah
|
62
|
61
|
123
|
Sumber : Tata Usaha SDN 1 Rajabasa Raya Tahun Pelajaran 2015/2016.
3.2.2
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Dalam pengambilan sampel ini Suharsini Arikunto (1998:107) mengatakan
:
Untuk
sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih
tergantung setidak-tidaknya dari :
a.
Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga
dan dana
b.
Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek
karena hal ini menyangkut banyak dana
c.
Besar kecilnya resiko yang tergantung pada peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar
tentu saja sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan teori tersebut, maka sampel penelitian ini adalah diambil
semua sehingga merupakan penelitian populasi yaitu 123 siswa.
3.2.3 Teknik
Sampling
(belum)
3.3.
Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Rencana Pengukuran
Variabel
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variable
bebas dan dua variable terikat. Variabel bebas dalam peneltian ini Modul (X1), metode inkuiri (X2), sedangkan variable terikat pada
penelitian ini adalah aktivitas (Y1) dan hasil belajar (Y2).
3.3.2
Definisi Operasional Variabel
3.3.2.1
Modul
(belum)
3.3.2.2 Pendekatan
inkuiri
Penendekatan
inkuiri merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk membantu siswa
menyusun fakta, membentuk konsep, dan kemudian menghasilkan penjelasan atau
teori yang menerangkan fenomena yang sedang diselidiki.
Indikatornya adalah :
1.
Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah
tertentu kepada generalisasi.
2.
Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses objek
tertentu sampai generalisasi objek tersebut.
3.
Guru sebagai pengontrol data, materi, dan sebagai
pemimpin dalam kelas.
4.
Kelas dianggap sebagai laboraturium.
5.
Generalisasi biasanya tercipta dari siswa.
6.
Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi
yang didapat siswa.
3.3.2.3 Aktivitas
siswa
Aktivitas
siswa adalah aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yang mendorong tercapainya tujuan pembelajaran. Aktivitas tersebut
tidak terbatas pada aktivitas fisik akan tetapi juga meliputi aktivitas
bersifat psikis seperti aktivitas mental.
Aktivitas yang dilakukan siswa dalam penelitian ini,
antara lain:
1. Tanya jawab antara siswa dengan guru
2. Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan
guru
3. Mengerjakan tugas-tugas dari guru
4. Bekerjasama dengan siswa lain
5. Berlatih melakukan keterampilan proses
(pengamatan, merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesis)
6. Menyajikan hasil percobaan
7. Menyimpulkan hasil pengamatan/ percobaan
8. Perilaku yang tidak relevan
3.3.2.4 Hasil
Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan sesuatu yang telah diperoleh
siswa atau seseorang setelah ia mengalami proses belajar yang dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal setelah mengikuti evaluasi
dari proses yang sudah dilakukan
3.4
Instrumentasi / alat Penelitian
(belum)
3.5
Metode / Teknik Pengumpulan Data
(belum)
3.6
Teknik Analisis Data
(belum)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Data
4.2
Pengujian Persyaratan Instrumen Analisis
4.3
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
4.4
Diskusi / Pembahasan
4.5
Keterbatasan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Implikasi Hasil Penelitian
5.3
Saran – saran
DAFTAR PUSTAKA
gurupembaharu.com/home/wp.../26-05-A2-B-Penulisan-Modul.
doc. diakses tanggal 05-11-2015.
http://www.slideshare.net/YuliYanti5/faktor-faktor-yg-mempengaruhi-keberhasilan-belajar-mengajar diakses tgl 12-11-2015
Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press
Rahmi,Aida dan Harmi Hendra. 2013. Pengembangan
Bahan Ajar MI.Curup: Lp2 STAIN Curup
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurahman,
2006,
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Renika Cipta,Jakarta, (http://www.hasiltesguru.com,24-12-2013)
Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta.
Jakarta. (skripsi Asniah, 2012 Bandar
Lampung).
Dinn wahyudin, 2008, Pengantar Pendidikan. Universitas
Terbuka . Jakarta. (skripsi Asniah, 2012 Bandar Lampung).
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain.
2006. Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta, Jakarta.
Hamalik. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara Jakarta.
Heinich, et. al. (1996) instructional media and technologies for
Learning. New Jersey: Prentice Hakk, Englewood Chiffs.
2013)
Kardi dan Nur, 2000, Guru Profesional. Raja Grafindo Persada,
Jakarta. (skripsi Asniah 2012, Bandar Lampung).
Lefracois, 1985, The Theory of learning. Gramedia Jakarta. (skripsi Asniah, 2012
Bandar Lampung).
Miftahul Huda, 2010, Model-Model
Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. (skripsi Asniah, 2012 Bandar
Lampung).
Mohammad Nur, 2003, Faktor-faktor yang Memengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta.
Mulyono, Abdurahman, 2003, pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Oemar, hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara.
Jakarta.
Remaja Rosdakarya. Bandung.(Rapani. 2012. Proposal PTK. Universitas
Lampung, Bandar Lampung)
Sadirman, Arif S. 1996. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo,
Jakarta.
Sardiman,2004,
Perencanaan
Pengajaran
Berdasarkan
Pendekatan, Bumi Aksara,Jakarta.
Siddiq M. Djuahar dkk, Pengembangan Bahan Pembelajaran SD,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional : Jakarta.
Soedijanto, 1997. Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu, Balai Pustaka Jakarta.
Syarif.Blogspot.com,2009. (Rapani. 2012. Proposal PTK. Universitas
Lampung, Bandar Lampung)
Universitas Lampung, 2012, Format Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Lampung, Bandar Lampung
Usman, dan Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar.
Winkel,W,S.
1987. Psikologi pengajaran, Gramedia , Jakarta (skripsi
Suratmi,2013 Bandar Lampung)
No comments:
Post a Comment