BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejarah sastra Indonesia merupakan studi
sastra yang membahas perkembangan sastra Indonesia yang sejak lahirnya sampai
perkembangannya yang terakhir.Hal ini terjadi karena sastra Indonesia itu
selalu dari masa ke masa , dari periode ke periode.Periodesasi berarti
pembabakan sastra Indonesia bermakna pembabakan sastra Indonesia berdasarkan
perkembangannya dari waktu ke waktu, dan periode ke
periode.Periode-periode sastra tidak
tersusun secara mutlak atau dalam tahun yang pasti, karena periode-periode
saling tumpang tindih,yaitu sebelum peiode angkatan sastra yang lain. Satu
periodesasi sastra biasanya muncul angkatan sastra. Angkatan sastra adalah
sekumpulan sastrawan yang hidup dan berkarya dalam satu kurun masa (periode
tertentu). Mereka memiliki kemiripan dalam hal ide, gagasan, semangat, dan visi
yang dituangkan dalam karya sastra masing-masing. Karya sastra suatu angkatan
merupakan kumpulan karya sastra yang menunjukkan adanya kesamaan atau kemiripan
ciri-ciri intrinsik antarsastrawan.
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap
perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap
babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode yang
lain. Dalam periodisasi sastra Indonesia di bagi menjadi dua bagian besar,
yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu terbagi atas angkatan
Pujangga Lama, angakatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru, angkatan 1945,
angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990-an, angkatan
Reformasi, angkatan 2000-an.
Berdasarkan pengertian periode ini maka pakar
sejarah sastra dapat menyusun pembabakan waktu atau periodesasi sastra
Indonesia atas bermacam-macam periode, sesuai perkembangan sastra dalam kurun
waktu.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sejarah sastra?
2. Bagaimanakah periodesasi sejarah sastra Indonesia?
3. Jelaskan
macam-macam periodesasi sastra Indonesia?
4. Apa
saja ciri-ciri periodesasi sastra Indonesia?
5. Siapakah
Tokoh-tokoh yang terlibat di dalam periodesasi sejarah sastra
Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
arti sejarah sastra.
2. Mendeskripsikan periodesasi sejarah sastra Indonesia.
3. Mendeskripsikan
macam-macam periodesasi
sastra Indonesia.
4. Mendeskripsikan
ciri-ciri periodesasi
sastra Indonesia.
5. Mengetahui
tokoh-tokoh yang terlibat dalam periodisasi sejarah sastra Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Sastra
Sejarah
sastra adalah bagian dari ilmu sastra.Ilmu sastra yang mempelajari
tentang sastra dengan berbagai permasalahannya.Ilmu sastra mencakup teori
sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.Ketiga kajian ilmu tersebut saling
berkaitan.Teori sastra tidak dapat dilepaskan dari sejarah sastra dan kritik
sastra demikian pula sebaliknya. Sejarah sastra adalah ilmu yang
mempertimbangkan perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu, penulis
karya-karya sastra yang menonjol, karya-karya puncak dalam suatu kurun waktu,
ciri-ciri dari setiap kurun waktu perkembangannya, peristiwa-peristiwa yang
terjadi di seputar masalah sastra. Dengan mempelajari sastra, kita dapat
memperoleh gambaran tentang perjalanan sastra sebagai bagian dari budaya suatu
bangsa.
2.2. Pengertian Periodesasi Sastra
Periodesasi sastra ialah pembagian sastra atau pembabakan sastra
berdasarkan atas kurun waktu atau zamannya. Terjadinya periode sastra karena
terjadinya perubahan zaman, pola pikir, serta gaya hidup yang akhirnya
menghasilkan perubahan hasil sastra (Pradopo,1995:2).
Periodesasi sastra Indonesia ,
istilah angkatan tak lepas dari periodesasi. Hai ini disebabkan preode-periode
sastra erat kaitannya dengan angkatan-angkatan sastra yang menduduki periode
tersebut.Angkatan sastra tak lain adalah sekumpulan sastrawan yang hidup dalam
satu kurun masa atau menempati suatu periode tertentu.(Pradopo,1995:2).Para
sastrawa ini hidup dalam kurun waktu atau periode yang sama. Hal ini
menyebabkan adanya saling pengaruh, sehingga antarsastrawan ada kemiripan dalam
ide, gagasan, semangat dan visi yang dituangkan dalam karya sastra.
Ciri
intrinsik menjadi dasar penokohan adanya suatu angkatan, berupa ciri-ciri yang
terdapat dalam karya sastra secara konkret Pradopo,1995:4). Ciri-ciri intrinsik
tersebut terdapat dalam cerita rekaan (fiksi) berupa pikiran, perasaan, jenis
sastra, gaya penceritaan, dan gaya bahasanya, alur, penokoannya,latar,pusat
pusat pengisahannya.
2.3 Macam-macam Periodesasi Sastra Indonesia
Penulis periode sejarah sastra Indonesia adalah :
1. Periodisasi
Jassin (1953)
a. Sastra
Melayu Lama
b. Sastra
Indonesia Modern :
1). Angkatan 20
2). Angkatan 33 (Pujangga Baru)
3). Angkatan 45
2. Periodisasi Nugroho Notosusanto (1963)
I. Sastra
Melayu Lama
II. Sastra Indonesia Modern
A. Masa Kebangkitan (1920-1945)
1).
Periode 20
2).
Periode 33
3).
Periode 42
B. Masa Perkembangan (1945- sekarang)
3. Pembabakan Sastra Indonesia Ayip Rosidi (1973)
I.
Masa Kelahiran / Kebangkitan (1900 - 1945)
1).
Periode awal hingga 1933
2).
Periode 1933 - 1942
3).
Periode 1942 - 1945
II. Masa Perkembangan (1945- sekarang)
1).
Periode 1945 - 1953
2).
Periode 1953 – 1961
3).
Periode 1961 - sekarang
4.
Periodisasi Rahmat Joko Pradopo :
1). Periode
Angkatan Balai Pustaka (1920-1940)
2).
Periode Pujangga Baru (1930 –
1945)
3). Periode
Angkatan 45 (1950 -1970)
4).
Periode Angkatan 50 (1950-1970)
5). Periode Angkatan 70 ( 1965 – sekarang)
6). Periode
Angkatan 80
Dari
uraian tentang periodesasi tersebut dapatlah disimpulkan periodisasi sejarah
sastra Indonesia sebagai berikut :
I.
Periode Sastra
Nusantara Kuno
1. Periode
Sastra Nusantara Kuno
2. Periode
Sastra Nusantara Hindu
3. Periode
Sastra Nusantara Islam
II.
Sastra Indonesia
Modern
1. Periode
tahun 20-an (Balai Pustaka)
2. Periode
tahun 30-an (Pujangga Baru)
3. Periode
45 (Angkatan 45)
4. Periode
50-an (Angkatan 50) atau Jassin (Angkatan 66)
5. Periode
70-an (Angkatan 70)
A.
Periode
Angkatan Balai Pustaka (1920-1944)
1).
Latar Belakang:
1. Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat.
2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
3. Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.
2). Ciri-ciri:
1. Merupakan tuntunan budi pekerti.
2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
3. Pelakunya sebagian besar meninggal dunia.
4. Bertema kedaerahan dan kawin paksa.
5. Nama pengarangnya dibukukan.
6. Romantis sentrimentil (berlebihan).
B.
Periode
Pujangga Baru (1930-1945)
1). Latar Belakang:
1. Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan
pikiran, pola hidup, dan hasil sastra.
2.
Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa
Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.
2). Ciri-ciri:
1. Bertema nasional.
2. Romantis idealis (penuh cita-cita).
3. Impresimisme (penuh kesan).
4. Meniru kebudayaan Belanda.
5. Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina,
oktat, syair, soneta.
6. Nama pengarang ditulis.
7. Bahasa klise ditinggalkan.
8. Ada permainan bunyi.
C.
Angkatan
45 (1940-1955)
1). Latar Belakang:
1. Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra.
2. Penderitaan rakyat akibat revolusi.
2). Ciri-ciri:
1. Ekspresionisme
2. Romantis realistis.
3. Lebih mementingkan isi daripada bahasa.
4. Humanisme Universal.
5. Sinisme.
6. Realita (sesuai kenyataan).
D.
Angkatan 50
Karya sastra periode angkatan 50 ditulis oleh
sastrawan yang pada umumnya menulis pada tahun 50-an dan 60-an. Angkatan ini
terintegrasi antara tahun 1955—1965. Corak sastra periode ini beragam karena
adanya sastrawan yang mendukung ideologi partai dan sastrawan bebas. Pada kurun
waktu ini, sastra Indonesia dipengaruhi oleh situasi sosial, politik, dan
ekonomi. Ketika peristiwa G 30 S/PKI, para sastrawan Lenkra dan karya-karyanya
disingkirkan karena berideologi komunis.akan tetapi, ciri-ciri sastra secara
intrinsik belum berubah sampai tahun 1970. Nama angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan
karena latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.
E. Angkatan 66
1). Latar Belakang:
1. Penyelewengan oleh pemimpin rakyat.
2. Korupsi merajalela.
3. Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang
Pemerintahan.
2). Ciri-ciri:
1. Bentuknya puisi bebas dan cerpen.
2. Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan.
3. Bahsanya panjang-panjang.
4. Temanya penderitaan rakyat.
5. Munculnya kelaguan.
F.
Periode
Angkatan 70
1).
Latar Belakang
1). Adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalam
menghasilkan
wawasan estetik
dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik di
bidang puisi,
prosa maupun drama.
2). Tidak
mengakui adanya angkatan ‘66 yang dicetuskan oleh HB. Jassin.
3). Keduanya
memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan
Sastra
Indonesia Modern sesudah angkatan ’45.
G.
Angkatan 80
1). Latar
Belakang
a. Karya sastra yang lahir
pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi
b. Globalisasi dengan ekonomi sebagai
panglima menempatkan pusat dunia.
2).
Ciri-ciri Karya Sastra Angkatan ‘80-an
Ø Genre
yang muncul prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.
Ø Pada sajak
cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
Ø Puisi
yang dihasilkan bercorak spiritual religius. Misalnya “Kubakar Cintaku“ karya
Emha Ainun Najib.
Ø Novel
yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya
mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
Ø Bahasa
yang digunakan realistis, bahasa yang ada di masyarakat dan romantis.
Ø Karya
sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat
yang memuat kritik sosial, politik, dan
budaya.
Ø Para
sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
Ø Dalam
karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
H.
Angkatan Reformasi
1). Latar Belakang
Terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari
tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati
Sukarnoputri, muncul
wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi".
2). Ciri-cirinya :
a. Isi karya sastra sesuai situasi reformasi.
b. Bertema sosial-politik, romantik, naturalis.
c. Produkvitas karya sastra semakin marak seperti: novel,cerpen, puisi.
I. Angakatan 2000
1
Latar Belakang
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan
Reformasi muncul,namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘Juru
bicara’ . Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya
sastrawan Angkatan 2000.
2.
Ciri-Ciri
Angkatan 2000
1. Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa
1. Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa
‘kerakyatjelataan’.
2. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi
2. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi
konkret.
3. Penggunaan estetika baru yang disebut “antromofisme” (gaya bahasa berupa
3. Penggunaan estetika baru yang disebut “antromofisme” (gaya bahasa berupa
penggantian
tokoh manusia sebagai ‘aku lirik’ dengan benda-benda)
4. Karya-karyanya profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan
4. Karya-karyanya profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan
menciptakan
penggambaran yang lebih konkret melalui alam.
5. Kritik social juga muncul lebih keras.
5. Kritik social juga muncul lebih keras.
2.4 Sastrawan Dan Karya-Karyanya
1.
Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
a.
Marah Rusli dan Merari Siregar
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal : 271 halaman
Pelaku : Siti Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk
Maringgih, Baginda
Sulaiman, dan Sultan Mahmud.
Novel “ Siti
Nurbaya” ini bertemakan sosial, moral, dan egois. Tema yang terkandung dalam
novel ini yaitu; “Satu percintaan antara dua remaja yang tidak dapat berakhir
dengan pernikahan karena penghianatan seseorang yang hanya mementingkan
kekayaan dunia dan hawa nafsu.
1). Amanat
Amanat yang terkandung dalan novel
“Siti Nurbaya” yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Kita hendaknya jangan terlalu di
kuasai oleh perasan dengan tidak mempergunakan pikiran yang sehat karena akan
berakibat hilangnya keperibadian yang ada pada diri kita.
b.
Jika hendak memutuskan sesuatu
hendaklah pikirkan masak-masak lebih
dulu agar kelak tidak menyesal.
c.
Siapa yang berbuat jahat tentu akan
mendapat balasan kelak sebagai akibat
dari perbuatan itu.
2). Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20’an)
UNSUR
ESTETIK
Angkatan 20an :
1) Gaya bahasa perumpamaan
2) beralur lurus
3) Tokoh berwatak datar
4) Banyak degresi ( sisipan )
5) Sudut pandang orang ketiga
6) Bersifat didaktis
7) Bercorak romantik
Angkatan 20an :
1) Gaya bahasa perumpamaan
2) beralur lurus
3) Tokoh berwatak datar
4) Banyak degresi ( sisipan )
5) Sudut pandang orang ketiga
6) Bersifat didaktis
7) Bercorak romantik
8) Puisinya syair dan pantun
UNSUR
EKSTRAESTETIK
Angkatan 20an :
1) Adat kawin paksa, pertentangan adat,pemanduan.
2) Pertentangan paham antar kaum tua dan kaum muda
3) Latar daerah pedesaan
4) Cerita sesuai taman
5) Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan
Angkatan 20an :
1) Adat kawin paksa, pertentangan adat,pemanduan.
2) Pertentangan paham antar kaum tua dan kaum muda
3) Latar daerah pedesaan
4) Cerita sesuai taman
5) Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan
3). Bahasa
Novel Angkatan 20-an :
Bahasanya mengutamakan keindahan bahasa daripada isi , menggunakan ejaan lama, pepatah, pribahasa sehingga pembaca sukar untuk mengerti isi dari cerita tersebut.
Novel Angkatan 20-an :
Bahasanya mengutamakan keindahan bahasa daripada isi , menggunakan ejaan lama, pepatah, pribahasa sehingga pembaca sukar untuk mengerti isi dari cerita tersebut.
4)
Pola Pikir
Masyarakat
Novel Angkatan 20-an :
Pola pikir masyarakat masih kolot, terbelakang. Masih percaya akan adanya hal mistik dan sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan. Juga hanya perkataan orangtua lah yang paling benar dan harus dituruti.
Novel Angkatan 20-an :
Pola pikir masyarakat masih kolot, terbelakang. Masih percaya akan adanya hal mistik dan sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan. Juga hanya perkataan orangtua lah yang paling benar dan harus dituruti.
5). Tema Novel
Novel Angkatan 20-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema pada novel angkatan 20-an adalah kawin paksa, pertentangan adat, pertentangan antara kaum tua dan kaum muda.
Novel Angkatan 20-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema pada novel angkatan 20-an adalah kawin paksa, pertentangan adat, pertentangan antara kaum tua dan kaum muda.
Contoh karya
sasta angkatan 20’an :
Balai Pustaka disebut angkatan 20an
atau populernya dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya. Menurut Sarwadi (1999:
25) nama Balai Pustaka menunjuk pada dua pengertian: 1. Sebagai nama penerbit
2. Sebagai nama suatu angkatan dalam sastra Indonesia Balai Pustaka didirikan
pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang
dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyajian
(cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Angkatan Balai Pusataka
merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang
dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan
drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan
hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
a). Sinopsis
Siti Nurbaya (Kawin Paksa)
Siti
Nurbaya (Karya Marah Rusli)-1922 Tema: Kasih tak sampai dan kawin paksa Tokoh:
Sitti Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Meringgih Sitti Nurbaya menceritakan cinta
remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi
terpisah ketika Samsul dipaksa pergi ke Batavia. Belum lama kemudian, Nurbaya
menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar)
sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian dibunuh
oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsul, yang menjadi anggota tentara kolonial
Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.
b). Sinopsis
Azab dan Sengsara (Kawin Paksa)
Novel yang berjudul “Azab dan Sengsara”
karya Merari Siregar ini menceritakan kisah kehidupan seorang anak gadis
bernama Mariamin yang hidup sengsara karena harus mengurus ibunya yang
sakit-sakitan. Mariamin mempunyai kekasih yang berasal dari keluarga kaya dan
baik-baik yang bernama Aminu’ddin berjanji akan menikahinya setelah dia
mendapat pekerjaan tapi Aminu’ddin tidak menikahinya karena ayahnya tidak
setuju dengan hubungan mereka, Aminu’ddin hanya meminta maaf lewat surat .2
tahun berlalu , Mariamin pun menikah dengan pria yang tidak ia kenal bernama Kasibun
yang setelah sekian lama mengidap penyakit yang dapat menular pada pasangannya.
Suatu ketika Aminu’ddin datang ke rumah Mariamin dan karena suaminya cemburu
suaminya malah menyiksa dan memukul Aminu’ddin, karena tidak tahan Mariamin pun
melaporkannya ke polisi Sampai akhirnya mereka bercerai. Kesudahannya Mariamin
terpaksa Pulang ke negrinya membawa nama yang kurang baik, membawa malu,
menambah azab dan sengsara yang bersarang di rumah kecil yang di pinggir sungai
Sipirok. Hidup Mariamin sudah habis dan kesengsaraannya di dunia sudah
berkesudahan. Akhirnya Mariamin meninggal dalam kesengsaraan . Azab dan
Sengsara dunia ini sudah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jazad badan yang
kasar itu.
Ø Karya Abdul Muis : Salah Asuhan, (Perkawinan
campuran antarbangsa Eropa dan Timur ) Pertemuan Jodoh (novel, 1933)
Ø Adinegoro atau Djamaludin (Perkawinanan anatrsuku Minangkabau dan Sunda
yang berdasarkan cinta menginsafkan kekerasan hati dan kesempitan
pandangan kaum tua, akhirnya orang tua pemuda membenarkan tindakan anaknya yang
berani menikah dengan seorang gadis Sunda(Darah Muda,1972
b). Para Penyair
1). Moh.Yamin , Sajak berjudul Bundanya, Tanah Air dan Bahasa dan
Bangsa, dramanya berjudul Ken Arok dan , Ken
Dedes (1943), Kalau Dewi
Tara Sudah Berkata (1932), Julies Caesar .
2). Rustam Effendi, sajaknya berjudul
Bukan Beta Berpijak Berperi, Drama
Bebasari (1924).
3)
Sanusi Pane, Soneta berjudul Teja , prosa lirik berjudul Pancaran Cinta
(1926)
dan Madah Kelana.
3.
Pujangga Baru (Angkatan 30’an)
a). UNSUR
ESTETIK
Angkatan
30an :
1) Tidak banyak menggunakan bahasa perumpamaan
2) Alur maju
3) Tokoh berwatak bulat
4) Tidak benyak digresi (sisipan)
5) Sudut pandang orang ketiga objektif
6) Bergaya romantik
1) Tidak banyak menggunakan bahasa perumpamaan
2) Alur maju
3) Tokoh berwatak bulat
4) Tidak benyak digresi (sisipan)
5) Sudut pandang orang ketiga objektif
6) Bergaya romantik
UNSUR
EKSTRAESTETIK
Angkatan 30an :
1) Masalah tentang kehidupan masyarakat kota
2) Terdapat cita-cita kebangsaan
3) Bersifat didaktis
Angkatan 30an :
1) Masalah tentang kehidupan masyarakat kota
2) Terdapat cita-cita kebangsaan
3) Bersifat didaktis
4) Tidak persoalkan tradisi
sebagai teman
5). Induvidulitas
6). Dinamis
b). Bahasa
Novel Angkatan 30-an :
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya, sudah mendekati bahasa pada novel zaman sekarang.
Novel Angkatan 30-an :
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya, sudah mendekati bahasa pada novel zaman sekarang.
c). Pola Pikir
Masyarakat
Novel Angkatan 30-an:
Pola pikir masyarakat semakin maju. Kaum wanita juga ingin maju seperti kaum lelaki.
Novel Angkatan 30-an:
Pola pikir masyarakat semakin maju. Kaum wanita juga ingin maju seperti kaum lelaki.
d). Tema Novel
Novel Angkatan 30-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema novel angkatan 30-an adalah perbedaan laki-laki dan perempuan, perempuan ingin maju, emansipasi wanita.
Novel Angkatan 30-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema novel angkatan 30-an adalah perbedaan laki-laki dan perempuan, perempuan ingin maju, emansipasi wanita.
Contoh karya
sastra angkatan 30’an:
1) Sutan
Takdir Ali Syhabana (roman Layar Terkembang (1948), Tebaran Mega (1963), Dian Tak Kunjung Padam, Kalah dan
Manang, Grota Azzura).
2) Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyian Sunyi
(1954), Buah Rindu (1950), Setanggi Timur (1939)).
3) Armin
Pane (novel Belenggu (1654), Jiwa Berjiwa, kumpulan sajak Gamelan Jiwa (1960),
drama Jinak-Jinak Merpati (1950))
4) Sanusi
Pane (drama Manusia Baru, Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1971), Madah
Kelana (1931/1970), Sandhyakala Ning Majapahit (1971), Kertadjaja (1971)).
5) M.
Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes (1951), Indonesia Tumpah Darahku (1928),
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Tanah Air)
6) Rustam
Efendi (drama Bebasari (1953), Pertjikan Permenungan (1957)
7) Y.E.
Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam (1934)
8). Hamka
(roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck)
C). Angkatan
45’an
Angkatan ’45 merupakan angkatan
yang lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak
sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45. Karya sastra
angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang
romantik – idealistik. Sehingga karya sastra angkatan ini banyak bercerita
tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang
diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa mereka
ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Penulis yang
termasuk angkatan ’45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K.
Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh
angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya.
Ciri-ciri
Angkatan ’45 adalah:
1. Terbuka
/bebas
2. Pengaruh
unsur sastra asing lebih luas
3. Corak
isi lebih realis, naturalis
4. Individualisme
sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
5. Penghematan
kata dalam karya
6. Ekspresif
7. Sinisme
dan sarkasme
8. Karangan
prosa berkurang, puisi berkembang
9. Universitalitas
Contoh sastra
pada masa Angkatan ’45:
1.
Tiga Menguak
Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
2.
Deru Campur Debu
(Chairil Anwar)
3.
Kerikil Tajam
dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
4.
Pembebasan
Pertama (Amal Hamzah)
5.
Kata Hati dan
Perbuatan (Trisno Sumarjo)
6.
Tandus (S.
Rukiah)
7.
Puntung Berasap
(Usmar Ismail)
8.
Suara (Toto
Sudarto Bakhtiar)
9.
Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
10.
Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
11.
Rekaman Tujuh Daerah (Mh.
Rustandi Kartakusumah)
D. Angkatan 66’an
a). Sejarah Angkatan 66
Angkatan
ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat
avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra
beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain pada
masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya
sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan
ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini
sepertiMotinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil
Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan
Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip
Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B.
Jassin.Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang
mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya,
karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan
sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului jamannya. Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief
Budiman, Goenawan
Mohamad, Budi Darma, Hamsad
Rangkuti, Putu
Wijaya, Wisran
Hadi, Wing Kardjo, Taufik
Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
b). Ciri-ciri
Angkatan 66
1. Mulai
dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).
2. Puisinya
menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
3. Prosanya
menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk,
pengangguran, dan kemiskinan.
4. Cerita
dengan latar perang dalam prosa mulai
berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.
5.
Banyak terdapat
penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.
6.
Muncul puisi
mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi
tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.
7.
Berisi protes
terhadap sosial politik sajak Tirani dan
Benteng karya Taufik Ismail.
c). Unsur
Estetik Angkatan 66
Angkatan
ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini
mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah
urus. Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut
ditegakkannya keadilan dan kebenaran.
d). Sastrawan
dan Karya Sastra
2. Arifin
C. Noer : Tengul – (drama),
Sumur Tanpa Dasar –
(drama), Djamil Suherman,
Sarip Tambak-Oso,
Umi Kulsum –
(kumpulan cerita pendek), Perjalanan ke Akhirat,
dan Sakerah.
4.
Taufik Ismail, hasil karyanya: Tirani,
benteng, dan Buku Tamu Museum
Perjuangan.
5.
Bur Rasianto, hasil karyanya: Mereka Telah
Bangkit, Bumi yang Berpeluh,
Mereka Akan Bangkit, Sang Ayah, dan Manusia
Tanah Air.
6.
Mansur Samin, hasil karyanya: Perlawanan,
Kebinasaan Negri Senja, dan
Tanah Air.
7.
Satyagraha Hoerip, hasil karyanya: Rahasia
Kehidupan Manusia dan Ontologi
Persoalan-persoalan
Sastra.
8.
Sapardi Djoko Damono, hasil karyanya: Dukamu
Abadi, Matahari Pagi di
Tanah Air, Doa di Tengah-tengah Masa, Perahu
kertas , Sajak Orang, dan
Gila,
Ayat-ayat Api.
9.
H.B.
Jassin, hasil karyanya: Angkatan ’66, Prosa, dan Puisi.
10.
Bastari Asnin, hasil karyanya: Di Tengah Padang
dan Laki-Laki Berkuda.
11.
Trinojuwono,
hasil karyanya: Di Medan Perang, Kisah-kisah Revolusi, Pagar Kawat Berduri,
Bulan Madu, dan Biarkan Cahaya Matahari Membersihkanku Dulu.
12.
Iwan Simatupang,
hasil karyanya: Petang di Taman, Ziarah, Kering, dan Merahnya Merah.
13.
Toha Mohtar,
hasil karyanya: Daerah Tak Bertuan, Bukan Karena Kau, dan Kabut Rendah.
14.
Subagio
Sastrowardoyo, hasil karyanya: Kejantanan di Sumbring.
15.
Motinggo Bosje,
hasil karyanya: Badai Sampai Sore, Nyonya dan Nyonya, Malam Pengantin di Bukit Kera,
Keberanian Manusia, Nasihat untuk Anakku, Matahari dalam Kelam, Tidak Menyerah,
Sejuta Matahari, 1949, Buang Tonjam, Dosa Kita Semua, Tiada Belas Kasihan, Batu
Setampok, Titisan Dosa di Atasnya, Manusia Sejati, Perempuan itu Bernama Berabah,
dan Dia Musuh Keluarga.
16.
Ras Siregar,
hasil karyanya: Harmoni dan Terima Kasih.
17.
Mochtar Lubis,
hasil karyanya: Tanah Gersang.
18.
Ajip Rosidi, hasil
karyanya: Surat Cinta Enday Rosidin, Pertemuan Kembali, Purba Sari Ayu Wangi,
Mundinglaya di Kusumah, Ciung Wanara, Sang Kuriang Kesiangan, Jalan ke Surga,
Canda Kirana, Roro Mendut, dan Masyitoh.
E.
Angkatan 70-an
a. Ciri- ciri angkatan 70an
a. Ciri- ciri angkatan 70an
Pada
masa ini para pengarang sangat bebas berkesperimen dalam penggunaan bahasa dan
bentuk , seperti dikatakan ajip rosidi ( 1977) sehingga perbedaan antara prosa
dan puisi kian tidak jelas.
1. Puisi
a). Struktur
fisik
Ø Puisi
bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa : ulangan ,
kata , frase atau kalimat .
Ø Gaya
bahasa paraleisme dikombinasikan dengan gaya hiperbola untuk memperoleh efek
yang sebesar – besarnya serta menonjolkan tipografi. Puisi kongret sebagai eksperimen
Ø Banyak
menggunakan kata – kata daerah untuk memberi kesan ekspresif
Ø Banyak
menggunakan permainan bunyi
Ø Gaya
penulisan yang prosais
Ø Menggunakan
kata yang sebelumnya tabu
b). Struktur
Tematik
Ø Protes
terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
Ø Kesadaran
bahwa aspek manusia merupakan subyek dan bukan obyek pembangunan.
Ø Banyak
mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistik
Cerita
dan pelukisan bersifat alegoris dan parabel.
Ø Perjuangan
hak – hak asasi manusia , kebebasan , persamaan , pemeratan dan terhindar dari
pencemaran teknologi modern
Ø Kritik
sosial terhadap si kuat yang bertindak sewqenag – wenang terhadap mereka yang
lemah dan kritik terhadap penyeleweng.
2. Prosa
dan Drama
a). Struktur fisik
Ø Melepaskan
ciri konvensional , menggunakan pola sastra ” absurd ” dalam tema , alur ,
tokoh maupun latar. Menampakkan ciri latar kedaeraan ” warna lokal ”.
b). Struktur
Tematik
Ø Sosial : politik , kemiskinan ,Kejiwaan ,Metafisik.
b. Sastrawan dan Karya Sastra Angkatan 70-an
1.
Putu Wijaya: Orang-orang Mandiri (drama); Lautan Bernyanyi
(drama);
c) Telegram (novel); d) Aduh (drama); e) Pabrik (novel); f) Stasiun
(novel); g) Hah (novel); h) Keok (novel); i) Anu (drama); j) MS (novel);
k) Sobat
(novel); l) Tak Cukup Sedih
(novel); m) Dadaku
adalah perisaiku
(kumupulan sajak); n) Ratu (novel); o) Edan
(novel); p) Bom (kumpulan
cerpen).
2. Iwan Simatupang : Merahnya Merah (roman); Kering
(roman); Ziarah
(roman); Kooong (roman);
3. Danarto : Godolb
(kumpulan cerpen); Obrok owok-owok,
Ebrek ewek-ewek
(drama); Adam ma’rifat (kumpulan cerpen); Berhala; Orang Jawa Naik Haji
(1984); Bel Geduwel Beh (1976)
4. Budi Darmaa : Solilokui
(kumpulan essai);
Olenka (novel); Orang-orang
Bloomington
(kumpulan cerpen);
5
Sutardji Calzoum Bachri : (kumpulan sajak); Amuk ( kumpulan sajak);
Kapak (kumpulan sajak).
6.
Arifin C. Noer : Kapai-kapai (drama);
Kasir Kita (drama satu babak);
Orkes Madun (drama);
Selamat Pagi, Jajang (kumpulan sajak);
Sumur tanpa dasar (drama);
Tengul (drama).
7.
Darmanto Jatman
: Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak); Dalam Kejaran
Waktu (novel); Bangsat
(kumpulan sajak);
Sang Darmanto (kumpulan sajak);
Ki Balaka
Suta (kumpulan sajak).
8.
Linus Suryadi
: Langit Kelabu (kumpulan sajak); Pengakuan Pariyem
(novel); Syair-syair
dari Jogja (kumpulan sajak); Perang Troya (cerita anak);
Dari Desa ke Kota (kumpulan essai); Perkutut
Manggung (kumpulan
sajak); Gerhana Bulan
(kumpulan sajak).
9
Karya puisi W.S Rendra : Dengan kasih sayang
F. Angkatan 80
Sastrawan Angkatan
‘80-an dan Hasil Karya
Sastranya
H.
Angkatan Reformasi
Sastrawan
Angkatan Reformasi dan Hasil
Karya Sastranya
Widji Tukul :Puisi Pelo, Darman
J.
Angkatan
2000
1. Habiburrahman
El Shirazy : Ayat-Ayat Cinta (2004), Di atas Sejadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya
Pesona Cleopatra (2005), Dalam Mihrab
Cinta (2007)
2.
Emha Ainun Najib
dengan kumpulan puisinya “Sesobek Buku Harian Indonesia”
dan drama “Lautan Jilbab”.
dan drama “Lautan Jilbab”.
3.
Seno Gumira Ajidarma
dengan kumpulan cerpennya “Iblis Tidak Pernah Mati”.
4.
Ayu Utami dengan
novelnya “Saman” dan “Larung”
5.
Jenar Mahesa Ayu dengan
kumpulan cerpennya “Mereka Bilang Saya
Monyet”.
6.
N. Riantiarno dengan
dramanya “Opera Kecoa” dan “Republik Bagong”:.
7.
Yanusa Nugraha dengan
kumpulan cerpennya “Segulung Cerita Tua” .
8.
Afrizal Malna dengan
kumpulan puisinya “Abad yang Berlari”.
9.
Ahmadun Y. Herfanda dengan kumpulan puisinya
“Sembahyang
Rumputan”.
10. D. Zawawi Imron dengan kumpulan puisinya “Bantalku Ombak, Selimutku
Angin”.
11.K.H. Ahmad Mustofa Bisri dengan
kumpulan puisinya “Ohoi Puisi-puisi Balsem” dan “Gandrung”.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sejarah sastra Indonesia merupakan
studi sastra yang membahas perkembangan sastra Indonesia sejak lahirnya
sampai perkembangannya yang terakhir.Hal ini terjadi karena sastra Indonesia mengalami
perkembangan dari masa ke masa, dari periode ke periode.
2.
Macam-macam periodisasi sastra Indonesia
didasarkan hakikat sastra itu sendiri yaitu berpegang pada ciri-ciri
sastra dan ditandai oleh masa
kelahiran,integrasi/kekuatan, masa melemah dan lenyapnya suatu periode.
3. Karya sastra
yang dihasilkan pada setiap angkatan berupa novel,roman, puisi, prosa dan drama.Isinya setiap angkatan
berbeda-beda menceritakan tentang percintaan, adat-istiadat, politik-sosial,
dan masih bersifat kedaerahan.
4. Setiap periode memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, karena sastra merupakan gambaran kebudayaan masyarakat. Sastra
itupun berkembang seiring perkembangan kebudayaan masyarakat.
5. Sastrawan
dalam setiap angkatan menghasilkan karya sastra yang lebih bermanfaat bagi para
pembacanya dan para sastrawan semangat kerjanya tetap keras menggebu-gebu
sampai akhir hayatnya dalam menghasilkan karya sastra.
3.2
Saran – Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka perlu disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.
Hendaknya penerus generasi bangsa senantiasa dibimbing untuk
melanjutkan karya-karya yang telah dihasilkan oleh para sastrawan.
2.
Pembinaan dan pengembangan sejarah sastra perlu terus dikembangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Pradopo,Raehmat Djoko. 1984. “ Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah
Sastra Indonesia”.
Dewan Kesenian: Jakarta.
Sarwadi.
2004 “Sejarah Sastra Indonesia Moderen”.
Gama Media: Yogyakarta
Udu,
Sumiman. 2008. “Sejarah Sastra”.
Kendari
Zulfahnur,Kurnia.2001.”Sejarah Sastra”.Universitas
Terbuka:Jakarta.
No comments:
Post a Comment