Thursday, November 26, 2015

SEJARAH KESUSASTRAAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
 Sejarah sastra Indonesia merupakan studi sastra yang membahas perkembangan sastra Indonesia yang sejak lahirnya sampai perkembangannya yang terakhir.Hal ini terjadi karena sastra Indonesia itu selalu dari masa ke masa , dari periode ke periode.Periodesasi berarti pembabakan sastra Indonesia bermakna pembabakan sastra Indonesia berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu, dan periode ke periode.Periode-periode  sastra tidak tersusun secara mutlak atau dalam tahun yang pasti, karena periode-periode saling tumpang tindih,yaitu sebelum peiode angkatan sastra yang lain. Satu periodesasi sastra biasanya muncul angkatan sastra. Angkatan sastra adalah sekumpulan sastrawan yang hidup dan berkarya dalam satu kurun masa (periode tertentu). Mereka memiliki kemiripan dalam hal ide, gagasan, semangat, dan visi yang dituangkan dalam karya sastra masing-masing. Karya sastra suatu angkatan merupakan kumpulan karya sastra yang menunjukkan adanya kesamaan atau kemiripan ciri-ciri intrinsik antarsastrawan.
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode yang lain. Dalam periodisasi sastra Indonesia di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu lisan dan tulisan.  Secara urutan waktu terbagi atas angkatan Pujangga Lama, angakatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990-an, angkatan Reformasi, angkatan 2000-an.
 Berdasarkan pengertian periode ini maka pakar sejarah sastra dapat menyusun pembabakan waktu atau periodesasi sastra Indonesia atas bermacam-macam periode, sesuai perkembangan sastra dalam kurun waktu.
1.2   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sejarah sastra?
2.      Bagaimanakah  periodesasi sejarah sastra Indonesia?
3.      Jelaskan macam-macam periodesasi sastra Indonesia?
4.      Apa saja ciri-ciri periodesasi sastra Indonesia?
5.      Siapakah Tokoh-tokoh yang terlibat di dalam periodesasi sejarah sastra
Indonesia?

1.3   Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui arti  sejarah sastra.
2.      Mendeskripsikan  periodesasi sejarah sastra Indonesia.
3.      Mendeskripsikan  macam-macam periodesasi sastra Indonesia.
4.      Mendeskripsikan  ciri-ciri periodesasi sastra Indonesia.
5.      Mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat dalam periodisasi sejarah sastra Indonesia.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Sejarah Sastra
 Sejarah  sastra adalah bagian dari ilmu sastra.Ilmu sastra yang mempelajari tentang sastra dengan berbagai permasalahannya.Ilmu sastra mencakup teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.Ketiga kajian ilmu tersebut saling berkaitan.Teori sastra tidak dapat dilepaskan dari sejarah sastra dan kritik sastra demikian pula sebaliknya. Sejarah sastra adalah ilmu yang mempertimbangkan perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu, penulis karya-karya sastra yang menonjol, karya-karya puncak dalam suatu kurun waktu, ciri-ciri dari setiap kurun waktu perkembangannya, peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Dengan mempelajari sastra, kita dapat memperoleh gambaran tentang perjalanan sastra sebagai bagian dari budaya suatu bangsa.

2.2.  Pengertian Periodesasi Sastra
 Periodesasi sastra  ialah pembagian sastra atau pembabakan sastra berdasarkan atas kurun waktu atau zamannya. Terjadinya periode sastra karena terjadinya perubahan zaman, pola pikir, serta gaya hidup yang akhirnya menghasilkan perubahan hasil sastra (Pradopo,1995:2).
            Periodesasi sastra Indonesia , istilah angkatan tak lepas dari periodesasi. Hai ini disebabkan preode-periode sastra erat kaitannya dengan angkatan-angkatan sastra yang menduduki periode tersebut.Angkatan sastra tak lain adalah sekumpulan sastrawan yang hidup dalam satu kurun masa atau menempati suatu periode tertentu.(Pradopo,1995:2).Para sastrawa ini hidup dalam kurun waktu atau periode yang sama. Hal ini menyebabkan adanya saling pengaruh, sehingga antarsastrawan ada kemiripan dalam ide, gagasan, semangat dan visi yang dituangkan dalam karya sastra.
Ciri intrinsik menjadi dasar penokohan adanya suatu angkatan, berupa ciri-ciri yang terdapat dalam karya sastra secara konkret Pradopo,1995:4). Ciri-ciri intrinsik tersebut terdapat dalam cerita rekaan (fiksi) berupa pikiran, perasaan, jenis sastra, gaya penceritaan, dan gaya bahasanya, alur, penokoannya,latar,pusat pusat pengisahannya.
2.3    Macam-macam Periodesasi Sastra Indonesia
Penulis periode sejarah sastra Indonesia adalah :
1.      Periodisasi Jassin (1953)
a.       Sastra Melayu Lama
b.      Sastra Indonesia Modern :
1).  Angkatan 20
2).  Angkatan 33 (Pujangga Baru)
3).  Angkatan 45
2.  Periodisasi Nugroho Notosusanto (1963)
      I.   Sastra Melayu Lama
      II.  Sastra Indonesia Modern
      A. Masa Kebangkitan (1920-1945)
            1).  Periode 20
            2).  Periode 33
            3).  Periode 42
      B. Masa Perkembangan (1945- sekarang)

3.  Pembabakan  Sastra Indonesia Ayip Rosidi (1973)
      I.  Masa Kelahiran / Kebangkitan (1900 - 1945)
          1).  Periode awal hingga 1933
          2).  Periode 1933 - 1942
          3).  Periode 1942 - 1945
      II. Masa Perkembangan (1945- sekarang)
          1).  Periode 1945 - 1953
          2).  Periode 1953 – 1961
          3).  Periode 1961 -  sekarang  



 4.  Periodisasi  Rahmat Joko Pradopo :

  1).  Periode Angkatan Balai Pustaka (1920-1940)
  2).  Periode Pujangga Baru  (1930 – 1945)
  3).  Periode Angkatan 45  (1950 -1970)
  4).  Periode Angkatan 50  (1950-1970)
  5).  Periode Angkatan 70 ( 1965 – sekarang)
  6).  Periode Angkatan 80
Dari uraian tentang periodesasi tersebut dapatlah disimpulkan periodisasi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut :
I.            Periode Sastra Nusantara Kuno
1.      Periode Sastra Nusantara Kuno
2.      Periode Sastra Nusantara Hindu
3.      Periode Sastra Nusantara Islam
II.         Sastra Indonesia Modern
1.      Periode tahun 20-an (Balai Pustaka)
2.      Periode tahun 30-an (Pujangga Baru)
3.      Periode 45 (Angkatan 45)
4.      Periode 50-an (Angkatan 50) atau Jassin (Angkatan 66)
5.      Periode 70-an (Angkatan 70)

A.      Periode Angkatan Balai Pustaka (1920-1944)
1).  Latar Belakang:
1. Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat.
2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
3. Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.
2).  Ciri-ciri:
1. Merupakan  tuntunan budi pekerti.
2. Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
3. Pelakunya sebagian besar meninggal dunia.
4. Bertema kedaerahan dan kawin paksa.
5. Nama pengarangnya dibukukan.
6. Romantis sentrimentil (berlebihan).

B.       Periode Pujangga Baru (1930-1945)

1). Latar Belakang:
1. Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan 
    pikiran,  pola hidup, dan hasil sastra.
2.    Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa 
    Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.
2). Ciri-ciri:
1. Bertema nasional.
2. Romantis idealis (penuh cita-cita).
3. Impresimisme (penuh kesan).
4. Meniru kebudayaan Belanda.
5. Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, 
   oktat, syair, soneta.
6. Nama pengarang ditulis.
7. Bahasa klise ditinggalkan.
8. Ada permainan bunyi.
C.      Angkatan 45 (1940-1955)
1).  Latar Belakang:
1. Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra.
2. Penderitaan rakyat akibat revolusi.
2).  Ciri-ciri:
1. Ekspresionisme
2. Romantis realistis.
3. Lebih mementingkan isi daripada bahasa.
4. Humanisme Universal.
5. Sinisme.
6. Realita (sesuai kenyataan).
D.      Angkatan 50

Karya sastra periode angkatan 50 ditulis oleh sastrawan yang pada umumnya menulis pada tahun 50-an dan 60-an. Angkatan ini terintegrasi antara tahun 1955—1965. Corak sastra periode ini beragam karena adanya sastrawan yang mendukung ideologi partai dan sastrawan bebas. Pada kurun waktu ini, sastra Indonesia dipengaruhi oleh situasi sosial, politik, dan ekonomi. Ketika peristiwa G 30 S/PKI, para sastrawan Lenkra dan karya-karyanya disingkirkan karena berideologi komunis.akan tetapi, ciri-ciri sastra secara intrinsik belum berubah sampai tahun 1970. Nama  angkatan  ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak   mendapat   sambutan  karena  latar  belakang,  ciri-ciri, dan  pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.
E.       Angkatan 66
1).  Latar Belakang:
1. Penyelewengan oleh pemimpin rakyat.
2. Korupsi merajalela.
3. Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang
    Pemerintahan.
2).  Ciri-ciri:
1. Bentuknya puisi bebas dan cerpen.
2. Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan.  
3. Bahsanya panjang-panjang.
4. Temanya penderitaan rakyat.
5. Munculnya kelaguan.

F.       Periode Angkatan 70
1). Latar Belakang
1)Adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalam menghasilkan
      wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik di
      bidang puisi, prosa maupun drama. 
2).  Tidak mengakui adanya angkatan ‘66 yang dicetuskan oleh HB. Jassin.
3).  Keduanya memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan
      Sastra Indonesia Modern sesudah angkatan ’45.

G.      Angkatan 80
1). Latar Belakang
a.  Karya sastra yang lahir pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi
b.  Globalisasi dengan ekonomi sebagai panglima menempatkan pusat dunia.
2). Ciri-ciri  Karya Sastra Angkatan ‘80-an
Ø  Genre yang muncul prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.
Ø  Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
Ø  Puisi yang dihasilkan bercorak spiritual religius. Misalnya “Kubakar Cintaku“ karya Emha Ainun  Najib.
Ø  Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
Ø  Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada di masyarakat dan romantis.
Ø  Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang  memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
Ø  Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
Ø  Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
H.      Angkatan Reformasi
1). Latar Belakang
Terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi".
2). Ciri-cirinya :
a. Isi karya sastra sesuai situasi reformasi.
b. Bertema sosial-politik, romantik, naturalis.
c. Produkvitas karya sastra semakin marak seperti: novel,cerpen, puisi.  

I.     Angakatan 2000
1      Latar Belakang
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul,namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘Juru bicara’ . Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan 2000. 
2.    Ciri-Ciri Angkatan 2000
1. Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa
    ‘kerakyatjelataan’.
2. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi      
    konkret.
3. Penggunaan estetika baru yang disebut “antromofisme” (gaya bahasa berupa
     penggantian tokoh manusia sebagai ‘aku lirik’ dengan benda-benda)
4. Karya-karyanya profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan
    menciptakan penggambaran yang lebih konkret melalui alam.
5. Kritik social juga muncul lebih keras.

2.4   Sastrawan Dan Karya-Karyanya
1.  Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
a.  Marah Rusli dan Merari Siregar
Pengarang                   :  Marah Rusli
Penerbit                       :  Balai Pustaka
Tempat Terbit              :  Jakarta
Tebal                           :  271 halaman
Pelaku                         : Siti Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Maringgih, Baginda
                                       Sulaiman, dan  Sultan Mahmud.

Novel “ Siti Nurbaya” ini bertemakan sosial, moral, dan egois. Tema yang terkandung dalam novel ini yaitu; “Satu percintaan antara dua remaja yang tidak dapat berakhir dengan pernikahan karena penghianatan seseorang yang hanya mementingkan kekayaan dunia dan hawa nafsu.


1). Amanat
Amanat yang terkandung dalan novel “Siti Nurbaya” yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Kita hendaknya jangan terlalu di kuasai oleh perasan dengan tidak mempergunakan pikiran yang sehat karena akan berakibat hilangnya keperibadian yang ada pada diri kita.
b.          Jika hendak memutuskan sesuatu hendaklah pikirkan masak-masak lebih
       dulu agar kelak tidak menyesal.
c.          Siapa yang berbuat jahat tentu akan mendapat balasan kelak sebagai akibat
       dari perbuatan itu.

2).  Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20’an)
UNSUR ESTETIK
Angkatan 20an :
1) Gaya bahasa perumpamaan
2) beralur lurus
3) Tokoh berwatak datar
4) Banyak degresi ( sisipan )
5) Sudut pandang orang ketiga
6) Bersifat didaktis
7) Bercorak romantik
8) Puisinya syair dan pantun
UNSUR EKSTRAESTETIK
Angkatan 20an :
1) Adat kawin paksa, pertentangan adat,pemanduan.
2) Pertentangan paham antar kaum tua dan kaum muda
3) Latar daerah pedesaan
4) Cerita sesuai taman
5) Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan
3).  Bahasa
Novel  Angkatan 20-an :
Bahasanya mengutamakan keindahan bahasa daripada isi , menggunakan ejaan lama, pepatah, pribahasa sehingga pembaca sukar untuk mengerti isi dari cerita tersebut.
4)        Pola Pikir Masyarakat
Novel Angkatan 20-an :
Pola pikir masyarakat masih kolot, terbelakang. Masih percaya akan adanya hal mistik dan sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan. Juga hanya perkataan orangtua lah yang paling benar dan harus dituruti.
5).  Tema Novel
Novel Angkatan 20-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema pada novel angkatan 20-an adalah kawin paksa, pertentangan adat, pertentangan antara kaum tua dan kaum muda.

Contoh karya sasta angkatan 20’an :

             Balai Pustaka disebut angkatan 20an atau populernya dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya. Menurut Sarwadi (1999: 25) nama Balai Pustaka menunjuk pada dua pengertian: 1. Sebagai nama penerbit 2. Sebagai nama suatu angkatan dalam sastra Indonesia Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyajian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.

a). Sinopsis Siti Nurbaya (Kawin Paksa)
    Siti Nurbaya (Karya Marah Rusli)-1922 Tema: Kasih tak sampai dan kawin paksa Tokoh: Sitti Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Meringgih Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsul dipaksa pergi ke Batavia. Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsul, yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.

b). Sinopsis Azab dan Sengsara (Kawin Paksa)
  Novel yang berjudul “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar ini menceritakan kisah kehidupan seorang anak gadis bernama Mariamin yang hidup sengsara karena harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan. Mariamin mempunyai kekasih yang berasal dari keluarga kaya dan baik-baik yang bernama Aminu’ddin berjanji akan menikahinya setelah dia mendapat pekerjaan tapi Aminu’ddin tidak menikahinya karena ayahnya tidak setuju dengan hubungan mereka, Aminu’ddin hanya meminta maaf lewat surat .2 tahun berlalu , Mariamin pun menikah dengan pria yang tidak ia kenal bernama Kasibun yang setelah sekian lama mengidap penyakit yang dapat menular pada pasangannya. Suatu ketika Aminu’ddin datang ke rumah Mariamin dan karena suaminya cemburu suaminya malah menyiksa dan memukul Aminu’ddin, karena tidak tahan Mariamin pun melaporkannya ke polisi Sampai akhirnya mereka bercerai. Kesudahannya Mariamin terpaksa Pulang ke negrinya membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab dan sengsara yang bersarang di rumah kecil yang di pinggir sungai Sipirok. Hidup Mariamin sudah habis dan kesengsaraannya di dunia sudah berkesudahan. Akhirnya  Mariamin  meninggal dalam kesengsaraan . Azab dan Sengsara dunia ini sudah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jazad badan yang kasar itu.
Ø  Karya Abdul Muis  :  Salah Asuhan, (Perkawinan campuran antarbangsa  Eropa   dan Timur ) Pertemuan Jodoh (novel, 1933)
Ø  Adinegoro  atau Djamaludin  (Perkawinanan anatrsuku Minangkabau  dan Sunda  yang berdasarkan cinta menginsafkan kekerasan hati dan kesempitan pandangan kaum tua, akhirnya orang tua pemuda membenarkan tindakan anaknya yang berani menikah dengan seorang gadis Sunda(Darah Muda,1972
b). Para Penyair
1). Moh.Yamin , Sajak  berjudul Bundanya, Tanah Air dan Bahasa dan
      Bangsa, dramanya berjudul Ken Arok dan , Ken Dedes (1943), Kalau Dewi
     Tara Sudah Berkata (1932), Julies Caesar .
2). Rustam Effendi, sajaknya berjudul Bukan Beta Berpijak Berperi, Drama
     Bebasari (1924).
3)  Sanusi Pane, Soneta berjudul Teja , prosa lirik berjudul Pancaran Cinta (1926) 
     dan Madah Kelana.

3.    Pujangga Baru (Angkatan 30’an)

a). UNSUR ESTETIK
Angkatan 30an :
1) Tidak banyak menggunakan bahasa perumpamaan
2) Alur maju
3) Tokoh berwatak bulat
4) Tidak benyak digresi (sisipan)
5) Sudut pandang orang ketiga objektif
6) Bergaya romantik
UNSUR EKSTRAESTETIK
  Angkatan 30an :
  1) Masalah tentang kehidupan masyarakat kota
  2) Terdapat cita-cita kebangsaan
  3) Bersifat didaktis
  4) Tidak persoalkan tradisi sebagai teman
  5). Induvidulitas
  6). Dinamis

b).  Bahasa
Novel Angkatan 30-an :
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya, sudah mendekati bahasa pada novel zaman sekarang.

c).  Pola Pikir Masyarakat
Novel Angkatan 30-an:
Pola pikir masyarakat semakin maju. Kaum wanita juga ingin maju seperti kaum lelaki.
d).  Tema Novel
Novel Angkatan 30-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema novel angkatan 30-an adalah perbedaan laki-laki dan perempuan, perempuan ingin maju, emansipasi wanita.

Contoh karya sastra angkatan 30’an:
1)      Sutan Takdir Ali Syhabana (roman Layar Terkembang (1948), Tebaran Mega  (1963), Dian Tak Kunjung Padam, Kalah dan Manang, Grota Azzura).
2)       Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyian Sunyi (1954), Buah Rindu (1950), Setanggi Timur (1939)).
3)      Armin Pane (novel Belenggu (1654), Jiwa Berjiwa, kumpulan sajak Gamelan Jiwa (1960), drama Jinak-Jinak Merpati (1950))
4)      Sanusi Pane (drama Manusia Baru, Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1971), Madah Kelana (1931/1970), Sandhyakala Ning Majapahit (1971), Kertadjaja (1971)).
5)      M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes (1951), Indonesia Tumpah Darahku (1928), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Tanah Air)
6)      Rustam Efendi (drama Bebasari (1953), Pertjikan Permenungan (1957)
7)      Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam (1934)
8).   Hamka (roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck)

C).  Angkatan 45’an
Angkatan ’45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik – idealistik. Sehingga karya sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Penulis yang termasuk angkatan ’45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya.
Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah:
1.      Terbuka /bebas
2.      Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
3.      Corak isi lebih realis, naturalis
4.      Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
5.      Penghematan kata dalam karya
6.      Ekspresif
7.      Sinisme dan sarkasme
8.      Karangan prosa berkurang, puisi berkembang
9.      Universitalitas
Contoh sastra pada masa Angkatan ’45:
1.        Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
2.        Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
3.        Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
4.        Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
5.        Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
6.        Tandus (S. Rukiah)
7.        Puntung Berasap (Usmar Ismail)
8.        Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
9.         Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
10.    Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
11.    Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)

D.  Angkatan 66’an
a). Sejarah Angkatan 66
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini sepertiMotinggo BusyePurnawan TjondronegoroDjamil SuhermanBur RasuantoGoenawan MohamadSapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului jamannya. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar KayamIkranegaraLeon AgustaArifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief BudimanGoenawan MohamadBudi DarmaHamsad RangkutiPutu WijayaWisran HadiWing KardjoTaufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.

b). Ciri-ciri Angkatan 66
1.      Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).
2.      Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
3.      Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.
4.      Cerita dengan latar  perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.
5.    Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.
6.    Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.
7.    Berisi protes terhadap  sosial politik sajak Tirani dan Benteng karya  Taufik  Ismail.


c). Unsur Estetik Angkatan 66
Angkatan ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus. Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan kebenaran.
d). Sastrawan dan Karya Sastra
1.  Sutardji Calzoum Bachri,Kumpulan Puisi  : Ana Bunga, Laut Belum Pasang –    
     Angin,  Anak Laut Anak Angin.
2. Arifin C. Noer : Tengul – (drama), Sumur Tanpa Dasar – (drama), Djamil Suherman, Sarip Tambak-Oso, Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek), Perjalanan ke Akhirat, dan Sakerah.
4.     Taufik Ismail, hasil karyanya: Tirani, benteng, dan Buku Tamu Museum   
 Perjuangan.
5.     Bur Rasianto, hasil karyanya: Mereka Telah Bangkit, Bumi yang Berpeluh,  
 Mereka Akan Bangkit, Sang Ayah, dan Manusia Tanah Air.
6.     Mansur Samin, hasil karyanya: Perlawanan, Kebinasaan Negri Senja, dan   
 Tanah Air.
7.      Satyagraha Hoerip, hasil karyanya: Rahasia Kehidupan Manusia dan Ontologi   
  Persoalan-persoalan Sastra.
8.      Sapardi Djoko Damono, hasil karyanya: Dukamu Abadi, Matahari Pagi di   
  Tanah Air, Doa di Tengah-tengah Masa, Perahu kertas , Sajak Orang, dan
  Gila, Ayat-ayat Api.
9.      H.B. Jassin, hasil karyanya: Angkatan ’66, Prosa, dan Puisi.
10.     Bastari Asnin, hasil karyanya: Di Tengah Padang dan Laki-Laki Berkuda.
11.    Trinojuwono, hasil karyanya: Di Medan Perang, Kisah-kisah Revolusi, Pagar Kawat Berduri, Bulan Madu, dan Biarkan Cahaya Matahari Membersihkanku Dulu.
12.    Iwan Simatupang, hasil karyanya: Petang di Taman, Ziarah, Kering, dan Merahnya Merah.
13.    Toha Mohtar, hasil karyanya: Daerah Tak Bertuan, Bukan Karena Kau, dan Kabut Rendah.
14.    Subagio Sastrowardoyo, hasil karyanya: Kejantanan di Sumbring.
15.    Motinggo Bosje, hasil karyanya: Badai Sampai Sore, Nyonya dan Nyonya, Malam Pengantin di Bukit Kera, Keberanian Manusia, Nasihat untuk Anakku, Matahari dalam Kelam, Tidak Menyerah, Sejuta Matahari, 1949, Buang Tonjam, Dosa Kita Semua, Tiada Belas Kasihan, Batu Setampok, Titisan Dosa di Atasnya, Manusia Sejati, Perempuan itu Bernama Berabah, dan Dia Musuh Keluarga.
16.    Ras Siregar, hasil karyanya: Harmoni dan Terima Kasih.
17.    Mochtar Lubis, hasil karyanya: Tanah Gersang.
18.    Ajip Rosidi, hasil karyanya: Surat Cinta Enday Rosidin, Pertemuan Kembali, Purba Sari Ayu Wangi, Mundinglaya di Kusumah, Ciung Wanara, Sang Kuriang Kesiangan, Jalan ke Surga, Canda Kirana, Roro Mendut, dan Masyitoh.
E.  Angkatan 70-an
a.  Ciri- ciri  angkatan 70an
       Pada masa ini para pengarang sangat bebas berkesperimen dalam penggunaan bahasa dan bentuk , seperti dikatakan ajip rosidi ( 1977) sehingga perbedaan antara prosa dan puisi kian tidak jelas.
1. Puisi
a). Struktur fisik
Ø Puisi bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa : ulangan ,
           kata , frase atau kalimat .
Ø  Gaya bahasa paraleisme dikombinasikan dengan gaya hiperbola untuk memperoleh efek yang sebesar – besarnya serta menonjolkan tipografi.    Puisi kongret sebagai eksperimen
Ø  Banyak menggunakan kata – kata daerah untuk memberi kesan ekspresif
Ø  Banyak menggunakan permainan bunyi
Ø  Gaya penulisan yang prosais
Ø  Menggunakan kata yang sebelumnya tabu
b). Struktur Tematik
Ø  Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
Ø  Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subyek dan bukan obyek pembangunan.
Ø  Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistik
Cerita dan pelukisan bersifat alegoris dan parabel.
Ø  Perjuangan hak – hak asasi manusia , kebebasan , persamaan , pemeratan dan terhindar dari pencemaran teknologi modern
Ø  Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewqenag – wenang terhadap mereka yang lemah dan kritik terhadap penyeleweng.
2. Prosa dan  Drama  
a).  Struktur fisik
Ø  Melepaskan ciri konvensional , menggunakan pola sastra ” absurd ” dalam tema , alur , tokoh maupun latar. Menampakkan ciri latar kedaeraan ” warna lokal ”.
b).  Struktur Tematik
Ø  Sosial : politik , kemiskinan ,Kejiwaan ,Metafisik.

b.  Sastrawan dan Karya Sastra Angkatan 70-an
1.  Putu Wijaya:  Orang-orang Mandiri (drama);  Lautan Bernyanyi (drama);
     c) Telegram (novel);    d) Aduh (drama);    e) Pabrik (novel);    f) Stasiun
     (novel);  g) Hah (novel);  h) Keok (novel);  i)  Anu (drama);  j) MS (novel);
     k) Sobat (novel);  l) Tak Cukup Sedih (novel);  m) Dadaku adalah perisaiku
     (kumupulan sajak);  n) Ratu (novel); o)   Edan (novel); p)   Bom (kumpulan
     cerpen).
2.   Iwan Simatupang  :  Merahnya Merah (roman);   Kering (roman);   Ziarah
     (roman); Kooong (roman);
3.   Danarto :  Godolb (kumpulan cerpen); Obrok owok-owok, Ebrek ewek-ewek
     (drama); Adam ma’rifat (kumpulan cerpen);  Berhala; Orang Jawa Naik Haji
    (1984); Bel Geduwel Beh  (1976)
4.   Budi Darmaa Solilokui (kumpulan essai); Olenka (novel); Orang-orang
      Bloomington (kumpulan cerpen);
5          Sutardji Calzoum Bachri : (kumpulan sajak);  Amuk ( kumpulan sajak);
 Kapak (kumpulan  sajak).
6.        Arifin C. Noer : Kapai-kapai (drama); Kasir Kita (drama satu babak);  Orkes Madun (drama); Selamat Pagi, Jajang (kumpulan sajak);  Sumur tanpa dasar (drama); Tengul (drama).
7.        Darmanto Jatman :  Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak);  Dalam Kejaran
       Waktu (novel); Bangsat (kumpulan sajak);  Sang Darmanto (kumpulan sajak);
      Ki Balaka Suta (kumpulan sajak).
8.        Linus Suryadi : Langit Kelabu (kumpulan sajak);  Pengakuan Pariyem
      (novel); Syair-syair dari Jogja (kumpulan sajak);  Perang Troya (cerita anak); 
      Dari Desa ke Kota (kumpulan essai); Perkutut Manggung (kumpulan
      sajak); Gerhana Bulan (kumpulan sajak).
9      Karya puisi W.S Rendra : Dengan kasih sayang
F. Angkatan 80
Sastrawan  Angkatan  ‘80-an dan  Hasil  Karya  Sastranya
1.     Ahmadun Yosi Herfanda Ladang Hijau (1980) ; Sajak Penari (1990)
      Sembahyang Rumputan (1997)
     Bako (1983) ; Dendang (1988).
H. Angkatan Reformasi
Sastrawan  Angkatan  Reformasi dan  Hasil  Karya  Sastranya
Widji Tukul :Puisi Pelo, Darman

J.    Angkatan 2000
1.      Habiburrahman El Shirazy : Ayat-Ayat Cinta (2004), Di atas Sejadah Cinta (2004),  Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005),  Dalam Mihrab Cinta (2007)
2.      Emha Ainun Najib dengan kumpulan puisinya “Sesobek Buku Harian Indonesia”
dan drama “Lautan Jilbab”.
3.      Seno Gumira Ajidarma dengan kumpulan cerpennya “Iblis Tidak Pernah Mati”.
4.      Ayu Utami dengan novelnya “Saman” dan “Larung”
5.      Jenar Mahesa Ayu dengan kumpulan cerpennya “Mereka Bilang Saya
Monyet”.
6.      N. Riantiarno dengan dramanya “Opera Kecoa” dan “Republik Bagong”:.
7.      Yanusa Nugraha dengan kumpulan cerpennya “Segulung Cerita Tua” .
8.      Afrizal Malna dengan kumpulan puisinya “Abad yang Berlari”.
9.      Ahmadun Y. Herfanda dengan kumpulan puisinya “Sembahyang
Rumputan”.
10.  D. Zawawi Imron dengan kumpulan puisinya “Bantalku Ombak, Selimutku
Angin”.
11.K.H. Ahmad Mustofa Bisri dengan kumpulan puisinya “Ohoi Puisi-puisi Balsem” dan “Gandrung”.















BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.    Sejarah sastra Indonesia merupakan studi sastra yang membahas perkembangan sastra Indonesia sejak lahirnya sampai perkembangannya yang terakhir.Hal ini terjadi karena sastra Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke masa, dari periode ke periode. 
2.    Macam-macam periodisasi sastra Indonesia didasarkan hakikat sastra itu sendiri yaitu berpegang pada ciri-ciri sastra  dan ditandai oleh masa kelahiran,integrasi/kekuatan, masa melemah dan lenyapnya suatu periode.
3.    Karya sastra yang dihasilkan pada setiap angkatan berupa novel,roman, puisi,  prosa dan drama.Isinya setiap angkatan berbeda-beda menceritakan tentang percintaan, adat-istiadat, politik-sosial, dan masih bersifat kedaerahan.
4.    Setiap periode memiliki karakteristik yang berbeda-beda, karena sastra merupakan gambaran kebudayaan masyarakat. Sastra itupun berkembang seiring perkembangan kebudayaan masyarakat.
5.    Sastrawan dalam setiap angkatan menghasilkan karya sastra yang lebih bermanfaat bagi para pembacanya dan para sastrawan semangat kerjanya tetap keras menggebu-gebu sampai akhir hayatnya dalam menghasilkan karya sastra.

3.2     Saran – Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka perlu disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.    Hendaknya penerus generasi bangsa senantiasa dibimbing untuk melanjutkan karya-karya yang telah dihasilkan oleh para sastrawan.
2.    Pembinaan dan pengembangan sejarah sastra perlu terus dikembangkan. 




DAFTAR PUSTAKA


Pradopo,Raehmat Djoko. 1984. “ Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah
             Sastra Indonesia”. Dewan Kesenian: Jakarta.
Sarwadi. 2004 “Sejarah Sastra Indonesia Moderen”. Gama Media: Yogyakarta

Udu, Sumiman. 2008. “Sejarah Sastra”. Kendari


Zulfahnur,Kurnia.2001.”Sejarah Sastra”.Universitas Terbuka:Jakarta.

No comments:

Post a Comment